Pertanyaan lanjutan dari: Bermakmum Kepada Imam Yang Banyak Melakukan Kekeliruan.
Pertanyaan: Assalamualaikum. Alhamdulillah terimakasih atas jawabannya, jazakallah khair. Boleh lanjut biar saya lebih faham? Sebagaimana kutipan terakhir, “seorang makmum diharuskan tidak mengetahui dan meyakini atas batalnya sholat imam”.
Saya ini kurang pintar berdalil, tapi sedikit tahu tentang fiqih sholat, jadi bingung kalau ada niat ingin mengingatkan apalagi kalau dituntut minta dalil ya saya diam gak bisa ngomong. Di masjid jami kampung saya ini imamnya belum pernah mondok jadi kurang faham fiqih, sebenarnya sudah sering dibahas oleh asatidz kampung sebelah tentang fiqih sholat, tapi tetap gak pengaruh di sholat atau di sikap imamnya tetap saja begitu. Sudah berat sholat berjama’ahnya ditambah sholat imamnya ada beberapa yang membatalkan.. terus saya ini harus bagaimana?
(Toni R. Sudrajat, Garut)
Jawab:
Perlu diketahui, bahwa kesalahan yang terjadi di dalam Shalat yang dilakukan seseorang [termasuk Imam] merupakan sebuah kemungkaran yang wajib bagi siapa saja yang mengetahui agar meredamnya. Tentunya dengan memberi tahu bagaimana yang benar. Apabila kita sudah melakukannya maka kita sudah terbebas dari kewajiban Amar Ma”ruf Nahi Munkar.
Namun apabila kita tidak memiliki kemampuan untuk melakukannya maka setidaknya kita inkar di dalam hati atas kemungkaran yang dilakukannya. Tapi tetap harus berusa sebisanya, minimal berdoa untuknya.
Sedangkan mengenai apabila ia [orang yang salah] tidak mau atau tidak terima ketika diberi tahu yang benar, maka hal itu urusan dia dengan Allah swt. Setiap sesuatu pasti akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah swt.
احياء علوم الدين ج ٢ ص ٣٣٧
ﻗﺪ ﺫﻛﺮﻧﺎ ﺩﺭﺟﺎﺕ ﺍﻷﻣﺮ ﺑﺎﻟﻤﻌﺮﻭﻑ ﻭﺃﻥ ﺃﻭﻟﻪ ﺍﻟﺘﻌﺮﻳﻒ ﻭﺛﺎﻧﻴﻪ ﻭﺍﻟﻮﻋﻆ ﻭﺛﺎﻟﺜﻪ ﺍﻟﺘﺨﺸﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻭﺭﺍﺑﻌﻪ ﺍﻟﻤﻨﻊ ﺑﺎﻟﻘﻬﺮ ﻓﻲ ﺍﻟﺤﻤﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺤﻖ ﺑﺎﻟﻀﺮﺏ ﻭﺍﻟﻌﻘﻮﺑﺔ . ﻭﺍﻟﺠﺎﺋﺰ ﻣﻦ ﺟﻤﻠﺔ ﺫﻟﻚ ﻣﻊ ﺍﻟﺴﻼﻃﻴﻦ ﺍﻟﺮﺗﺒﺘﺎﻥ ﺍﻷﻭﻟﻴﺎﻥ ﻭﻫﻤﺎ ﺍﻟﺘﻌﺮﻳﻒ ﻭﺍﻟﻮﻋﻆ . ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﻤﻨﻊ ﺑﺎﻟﻘﻬﺮ ﻓﻠﻴﺲ ﺫﻟﻚ ﻵﺣﺎﺩ ﺍﻟﺮﻋﻴﺔ ﻣﻊ ﺍﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻓﺈﻥ ﺫﻟﻚ ﻳﺤﺮﻙ ﺍﻟﻔﺘﻨﺔ ﻭﻳﻬﻴﺞ ﺍﻟﺸﺮ ﻭﻳﻜﻮﻥ ﻣﺎ ﻳﺘﻮﻟﺪ ﻣﻨﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺤﺬﻭﺭ ﺃﻛﺜﺮ ﻭﺃﻣﺎ ﺍﻟﺘﺨﺸﻴﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻮﻝ ﻛﻘﻮﻟﻪ ﻳﺎ ﻇﺎﻟﻢ ﻳﺎ ﻣﻦ ﻻ ﻳﺨﺎﻑ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻣﺎ ﻳﺠﺮﻱ ﻣﺠﺮﺍﻩ ﻓﺬﻟﻚ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻳﺤﺮﻙ ﻓﺘﻨﺔ ﻳﺘﻌﺪﻯ ﺷﺮﻫﺎ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮﻩ ﻟﻢ ﻳﺠﺰ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻻ ﻳﺨﺎﻑ ﺇﻻ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻬﻮ ﺟﺎﺋﺰ ﺑﻞ ﻣﻨﺪﻭﺏ ﺇﻟﻴﻪ . ﻓﻠﻘﺪ ﻛﺎﻥ ﻣﻦ ﻋﺎﺩﺓ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﺍﻟﺘﻌﺮﺽ ﻟﻸﺧﻄﺎﺭ ﻭﺍﻟﺘﺼﺮﻳﺢ ﺑﺎﻹﻧﻜﺎﺭ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﻣﺒﺎﻻﺓ ﺑﻬﻼﻙ ﺍﻟﻤﻬﺠﺔ ﻭﺍﻟﺘﻌﺮﺽ ﻷﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﻌﺬﺍﺏ ﻟﻌﻠﻤﻬﻢ ﺑﺄﻥ ﺫﻟﻚ ﺷﻬﺎﺩﺓ
الزواجر ج ٢ ص ١٥٧
ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻣﻦ ﺭﺃﻯ ﻣﻨﻜﻢ ﻣﻨﻜﺮﺍ ﻓﻐﻴﺮﻩ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻘﺪ ﺑﺮﺉ، ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﺃﻥ ﻳﻐﻴﺮﻩ ﺑﻴﺪﻩ ﻓﻐﻴﺮﻩ ﺑﻠﺴﺎﻧﻪ ﻓﻘﺪ ﺑﺮﺉ، ﻭﻣﻦ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻄﻊ ﺃﻥ ﻳﻐﻴﺮﻩ ﺑﻠﺴﺎﻧﻪ ﻓﻐﻴﺮﻩ ﺑﻘﻠﺒﻪ – ﺃﻱ ﺃﻧﻜﺮﻩ – ﻓﻘﺪ ﺑﺮﺉ ﻭﺫﻟﻚ ﺃﺿﻌﻒ ﺍﻹﻳﻤﺎ
حاشية القليوبي ج ١ ص ٢١٢
، ويجب تعليم من رآه يخل بعبادة في رأي مقلده، عينا إن لم يكن ثم غيره، وله أخذ الأجرة عليه إن قوبل بها، ولا يلزمه مع عدم بذلها ويلزم القادر عليها بذلها، ومحل الوجوب مع سلامة العاقبة.
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id