Pertanyaan : Dibeberapa wilayah yang aliran air nya itu suka mati (bilapun mengalir, kadang aliran airnya sangat kecil sekali) hingga untuk wudhu / mandi besar di bak mandi tidak sampe 2 qullah. Bisakah mensucikan diri dengan memakai air seadanya yang ada di bak mandi itu saja ?
Jawaban :
Air yang bisa digunakan di dalam bersuci [wudhu’ atau mandi] harus berupa air yang mutlak (suci dan mensucikan), sedangkan air dalam pertanyaan di atas masih dihukumi air mutlak dan boleh digunakan di dalam bersuci. Hanya saja air tersebut [yang ukurannya sedikit itu] lebih mudah menjadi musta’mal [suci tapi tidak bisa menyucikan]. Sehingga di dalam menggunakannya kita harus berhati-hati agar air tersebut tidak menjadi musta’mal. Caranya adalah :
Sebaiknya berwudhu’ dengan cara mengambil air / menciduknya dari ember, bukan memasukkan tangan ketika waktu membasuh tangan. Sebab apabila waktu seperti itu ia memasukkan tangannya ke dalam ember tanpa berniat menciduk / menggayung, maka air di dalam ember bisa menjadi musta’mal / air yang sudah dipakai menghilangkan hadats tangan yang tidak sah digunakan dalam bersuci.
Dalam Fathul Mu’in disebutkan :
ﻟﻮ ﺃﺩﺧﻞ ﺍﻟﻤﺘﻮﺿﺊ ﻳﺪﻩ ﺑﻘﺼﺪ ﺍﻟﻐﺴﻞ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺪﺙ ﺃﻭﻻ ﺑﻘﺼﺪ ﺑﻌﺪ ﻧﻴﺔ ﺍﻟﺠﻨﺐ، ﺃﻭ ﺗﺜﻠﻴﺚ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﻤﺤﺪﺙ، ﺃﻭ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻐﺴﻠﺔ ﺍﻻﻭﻟﻰ، ﺇﻥ ﻗﺼﺪ ﺍﻻﻗﺘﺼﺎﺭ ﻋﻠﻴﻬﺎ، ﺑﻼ ﻧﻴﺔ ﺍﻏﺘﺮﺍﻑ ﻭﻻ ﻗﺼﺪ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻟﻐﺮﺽ ﺁﺧﺮ ﺻﺎﺭ ﻣﺴﺘﻌﻤﻼ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻐﻴﺮ ﻳﺪﻩ ﻓﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﻐﺴﻞ ﺑﻤﺎ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺎﻗﻲ ﺳﺎﻋﺪﻫﺎ
Apabila orang yang wudhu’ itu memasukkan tangannya ke dalam air sedikit dengan berniat membasuh dari hadats atau tidak berniat tetapi dilakukan setelah berniat mandi besar atau setelah menigakan pembasuhan wajah nya orang yang berhadats / berwudlu’ atau setelah membasuh wajah 1 kali ketika ia bermksud membasuh wajah 1 kali, dengan tanpa niat menciduk air atau mengambil air atau niat lainnya, maka air tersebut menjadi musta’mal.
[Zean Areev]
حاشية إعانة الطالبين ج١ ص ٥٧
ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﺷﺮﻭﻁ ﺍﻻﺳﺘﻌﻤﺎﻝ ﺃﺭﺑﻌﺔ، ﺗﻌﻠﻢ ﻣﻦ ﻛﻼﻣﻪ : ﻗﻠﺔ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻭﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﺑﺪ ﻣﻨﻪ، ﻭﺃﻥ ﻳﻨﻔﺼﻞ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﻀﻮ، ﻭﻋﺪﻡ ﻧﻴﺔ ﺍﻻﻏﺘﺮﺍﻑ ﻓﻲ ﻣﺤﻠﻬﺎ ﻭﻫﻮ ﻓﻲ ﺍﻟﻐﺴﻞ ﺑﻌﺪ ﻧﻴﺘﻪ، ﻭﻋﻨﺪ ﻣﻤﺎﺳﺔ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻟﺸﺊ ﻣﻦ ﺑﺪﻧﻪ . ﻓﻠﻮ ﻧﻮﻯ ﺍﻟﻐﺴﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺑﺔ ﺛﻢ ﻭﺿﻊ ﻛﻔﻪ ﻓﻲ ﻣﺎﺀ ﻗﻠﻴﻞ ﻭﻟﻢ ﻳﻨﻮ ﺍﻻﻏﺘﺮﺍﻑ ﺻﺎﺭ ﻣﺴﺘﻌﻤﻼ . ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺑﻌﺪ ﻏﺴﻞ ﺍﻟﻮﺟﻪ ﻭﻋﻨﺪ ﺇﺭﺍﺩﺓ ﻏﺴﻞ ﺍﻟﻴﺪﻳﻦ، ﻓﻠﻮ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ ﺍﻻﻏﺘﺮﺍﻑ ﺣﻴﻨﺌﺬ ﺻﺎﺭ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻣﺴﺘﻌﻤﻼ
حاشية إعانة الطالبين ج ١ ص ٥٨
ﻓﺮﻉ ) ﻟﻮ ﺃﺩﺧﻞ ﺍﻟﻤﺘﻮﺿﺊ ﻳﺪﻩ ﺑﻘﺼﺪ ﺍﻟﻐﺴﻞ ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺪﺙ ﺃﻭﻻ ﺑﻘﺼﺪ ﺑﻌﺪ ﻧﻴﺔ ﺍﻟﺠﻨﺐ، ﺃﻭ ﺗﺜﻠﻴﺚ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﻤﺤﺪﺙ، ﺃﻭ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻐﺴﻠﺔ ﺍﻻﻭﻟﻰ، ﺇﻥ ﻗﺼﺪ ﺍﻻﻗﺘﺼﺎﺭ ﻋﻠﻴﻬﺎ، ﺑﻼ ﻧﻴﺔ ﺍﻏﺘﺮﺍﻑ ﻭﻻ ﻗﺼﺪ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻟﻐﺮﺽ ﺁﺧﺮ ﺻﺎﺭ ﻣﺴﺘﻌﻤﻼ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻐﻴﺮ ﻳﺪﻩ ﻓﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﻐﺴﻞ ﺑﻤﺎ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺎﻗﻲ ﺳﺎﻋﺪﻫﺎ
…………………………………
ﻗﻮﻟﻪ : ﻟﻮ ﺃﺩﺧﻞ ﺍﻟﻤﺘﻮﺿﺊ ) ﺃﻱ ﺃﻭ ﺍﻟﺠﻨﺐ، ﺑﺪﻟﻴﻞ ﻗﻮﻟﻪ : ﺑﻌﺪ ﻧﻴﺔ ﺍﻟﺠﻨﺐ . ﻭﻟﻮ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺘﻄﻬﺮ ﻟﻜﺎﻥ ﺃﻭﻟﻰ، ﻟﺸﻤﻮﻟﻪ ﺍﻟﺠﻨﺐ . ( ﻗﻮﻟﻪ : ﺑﻌﺪ ﻧﻴﺔ ﺍﻟﺠﻨﺐ ) ﻣﺘﻌﻠﻖ ﺑﺄﺩﺧﻞ . ( ﻗﻮﻟﻪ : ﺃﻭ ﺗﺜﻠﻴﺚ ﺍﻟﺦ ) ﻣﻌﻄﻮﻑ ﻋﻠﻰ ﻧﻴﺔ ﺍﻟﺠﻨﺐ، ﺃﻱ ﺃﻭ ﺃﺩﺧﻞ ﻳﺪﻩ ﺑﻌﺪ ﺗﺜﻠﻴﺚ ﺍﻟﺦ . ﻭﻗﻮﻟﻪ : ﺃﻭ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻐﺴﻠﺔ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻣﻌﻄﻮﻑ ﻋﻠﻰ ﺑﻌﺪ ﻧﻴﺔ ﺍﻟﺠﻨﺐ، ﻭﺍﻷﻭﻟﻰ ﺣﺬﻑ ﺑﻌﺪ، ﻓﻴﻜﻮﻥ ﻣﻌﻄﻮﻓﺎ ﻋﻠﻰ ﺗﺜﻠﻴﺚ . ﻭﻗﻮﻟﻪ : ﺇﻥ ﻗﺼﺪ ﺍﻻﻗﺘﺼﺎﺭ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺃﻱ ﺍﻷﻭﻟﻰ ﻗﻴﺪ ﻓﻲ ﺍﻷﺧﻴﺮ .
ﻭﻗﻮﻟﻪ : ﺑﻼ ﻧﻴﺔ ﺍﻏﺘﺮﺍﻑ ﻣﺘﻌﻠﻖ ﺑﺄﺩﺧﻞ ﺃﻳﻀﺎ، ﺃﻱ ﺑﺄﻥ ﺃﺩﺧﻠﻬﺎ ﺑﻘﺼﺪ ﻏﺴﻠﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻹﻧﺎﺀ ﻭﺃﻃﻠﻖ
ﺃﻣﺎ ﺇﺫﺍ ﻧﻮﻯ ﺍﻻﻏﺘﺮﺍﻑ، ﺃﻱ ﻗﺼﺪ ﺇﺧﺮﺍﺝ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻣﻦ ﺍﻹﻧﺎﺀ ﻟﻴﺮﻓﻊ ﺑﻪ ﺍﻟﺤﺪﺙ ﺧﺎﺭﺟﻪ، ﻓﻼ ﻳﺼﻴﺮ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻣﺴﺘﻌﻤﻼ . ﻭﻧﻴﺔ ﺍﻻﻏﺘﺮﺍﻑ ﻣﺤﻠﻬﺎ ﻗﺒﻞ ﻣﻤﺎﺳﺔ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻓﻼ ﻳﻌﺘﺪ ﺑﻬﺎ ﺑﻌﺪﻫﺎ .
( ﻗﻮﻟﻪ : ﻭﻻ ﻗﺼﺪ ) ﻋﻄﻒ ﻋﻠﻰ ﺑﻼ ﻧﻴﺔ ﺍﻏﺘﺮﺍﻑ
( ﻭﻗﻮﻟﻪ : ﻟﻐﺮﺽ ﺁﺧﺮ ﺃﻱ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺘﻄﻬﺮ ﺑﻪ ﺧﺎﺭﺝ ﺍﻹﻧﺎﺀ، ﺑﺄﻥ ﻗﺼﺪ ﺑﺄﺧﺬ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺷﺮﺑﻪ ﺃﻭ ﻏﺴﻞ ﺇﻧﺎﺀ ﺑﻪ ﻣﺜﻼ . ﻭﻓﻲ ﺳﻢ ﻣﺎ ﻧﺼﻪ : ﻗﻮﻟﻪ : ﻟﻐﺮﺽ ﺁﺧﺮ ﺃﻱ ﻛﺎﻟﺸﺮﺏ، ﺑﻞ ﻗﺪ ﻳﻘﺎﻝ ﻗﺼﺪ ﺃﺧﺬ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻟﻐﺮﺽ ﺁﺧﺮ ﻣﻦ ﺇﻓﺮﺍﺩ ﻧﻴﺔ ﺍﻻﻏﺘﺮﺍﻑ، ﻷﻥ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻬﺎ ﺃﻥ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﺈﺩﺧﺎﻝ ﻳﺪﻩ ﺇﺧﺮﺍﺝ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺃﻋﻢ ﻣﻦ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻐﺮﺽ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺘﻄﻬﺮ ﺑﻪ ﺧﺎﺭﺝ ﺍﻹﻧﺎﺀ ﺃﻭﻻ، ﻓﻠﻴﺘﺄﻣﻞ
ﻗﻮﻟﻪ : ﺻﺎﺭ ﻣﺴﺘﻌﻤﻼ ) ﺟﻮﺍﺏ ﻟﻪ، ﻭﺇﻧﻤﺎ ﺻﺎﺭ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻣﺴﺘﻌﻤﻼ ﺑﺬﻟﻚ ﻻﻧﺘﻘﺎﻝ ﺍﻟﻤﻨﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﻗﻮﻟﻪ : ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻐﻴﺮ ﻳﺪﻩ ﺃﻱ ﻣﻦ ﺑﻘﻴﺔ ﺃﻋﻀﺎﺀ ﺍﻟﻮﺿﻮﺀ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻠﻤﺤﺪﺙ، ﺃﻭ ﺑﻘﻴﺔ ﺍﻟﺒﺪﻥ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻠﺠﻨﺐ . ﻭﻗﻮﻟﻪ ﻓﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﻐﺴﻞ ﺍﻟﺦ ﻣﺮﺗﺐ ﻋﻠﻰ ﻣﺤﺬﻭﻑ، ﺃﻱ ﺃﻣﺎ ﺑﺎﻟﻨﺴﺒﺔ ﻟﻴﺪﻩ ﻓﻼ ﻳﺼﻴﺮ ﻣﺴﺘﻌﻤﻼ، ﻓﻠﻪ ﺃﻥ ﻳﻐﺴﻞ ﺇﻟﺦ . ﻳﻌﻨﻲ : ﻟﻪ ﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﺘﻢ ﻏﺴﻠﻬﺎ ﺃﻥ ﻳﻐﺴﻞ ﺑﻘﻴﺘﻬﺎ ﺑﻤﺎ ﻓﻲ ﻛﻔﻪ، ﻷﻥ ﺍﻟﻤﺎﺀ ﻣﺎ ﺩﺍﻡ ﻣﺘﺮﺩﺩﺍ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻀﻮ ﻟﻪ ﺣﻜﻢ ﺍﻟﺘﻄﻬﻴﺮ . ﻭﻗﻮﻟﻪ : ﺑﺎﻗﻲ ﺳﺎﻋﺪﻫﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﺮﻭﺽ ﻣﺎ ﻧﺼﻪ : ﻓﻠﻮ ﻏﺴﻞ ﺑﻤﺎ ﻓﻲ ﻛﻔﻪ ﺑﺎﻗﻲ ﻳﺪﻩ ﻻ ﻏﻴﺮﻫﺎ ﺃﺟﺰﺃﻩ . ﺍﻩ
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id