Etika berhubungan Intim
المسلم وحقوق الآخرين ج ١ ص ٥٣
ﺁﺩﺍﺏ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ :
ﻓﻠﻠﺠﻤﺎﻉ ﺁﺩﺍﺏ ﺣﺚ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻹﺳﻼﻡ، ﻭﺻﻮﻻً ﺑﻪ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻌﻤﻞ ﺍﻟﻜﺮﻳﻢ ﺍﻟﻼﺋﻖ ﺑﺎﻹﻧﺴﺎﻥ، ﻭﺗﺤﻘﻴﻘﺎً ﻟﻸﻫﺪﺍﻑ ﺍﻟﻤﺮﺟﻮﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﻨﻜﺎﺡ ﻭﻫﺬﻩ ﺍﻵﺩﺍﺏ ﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎ ﻫﻮ ﻭﺍﺟﺐ ﻭﻣﻨﻬﺎ ﻣﺎ ﻫﻮ ﻣﺴﺘﺤﺐ , ﻭﻣﻦ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﺩﺍﺏ :
١ – ﺍﻟﺘﻄﻴﺐ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ .
٢ – ﻣﻼﻋﺒﺔ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﻟﺘﻨﻬﺾ ﺷﻬﻮﺗﻬﺎ ﻓﺘﻨﺎﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﺬﺓ ﻣﺎ ﻳﻨﺎﻝ .
٣ – ﻣﺎ ﻳُﻘﺎﻝ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻛﺮ ﺍﻟﻤﺸﺮﻭﻉ .
٤ – ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺇﻻ ﻓﻲ ﺍﻟﻔﺮﺝ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻮ ﻣﻮﺿﻊ ﺍﻟﻮﻻﺩﺓ ﻭﺍﻟﺤﺮﺙ، ﺳﻮﺍﺀ ﺟﺎﻣﻌﻬﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﻦ ﺍﻷﻣﺎﻡ ﺃﻭ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻠﻒ .
٥ – ﺇﺫﺍ ﻗﻀﻰ ﺍﻟﺰﻭﺝ ﺃﺭﺑﻪ ﻓﻼ ﻳﻨﺰﻉ ﺣﺘﻰ ﺗﻘﻀﻲ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ﺃﺭﺑﻬﺎ .
٦ – ﺗﺤﺮﻳﻢ ﻭﻁﺀ ﺍﻟﺤﺎﺋﺾ .
٧ – ﺗﺤﺮﻳﻢ ﺍﻟﻮﻁﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﺑﺮ .
٨ – ﺗﺤﺮﻳﻢ ﺇﻓﺸﺎﺀ ﻣﺎ ﺑﻴﻦ ﺍﻟﺰﻭﺟﻴﻦ ﻣﻤﺎ ﻳﺘﺼﻞ ﺑﺎﻟﻤﻌﺎﺷﺮﺓ .
٩ – ﻭﺟﻮﺏ ﺍﻟﻐﺴﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ ﻭﻟﻮ ﻟﻢ ﻳﻨﺰﻝ .
١٠ – ﺍﻟﺘﺴﺘﺮ ﺃﺛﻨﺎﺀ ﺍﻟﺠﻤﺎﻉ .
ﻭﺃﺧﻴﺮﺍً ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﻤﺴﻠﻢ ﺍﻟﻤُﻌﺪَﺩ ﺃﻥ ﻳﺠﺎﻣﻊ ﺇﺣﺪﻯ ﺯﻭﺟﺎﺗﻪ ﺑﺤﻀﺮﺓ ﺃﺧﺮﻯ
ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ ……
ﻓﺎﻫﺠﺮﻭﻫﻦ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﻀﺎﺟﻊ ﻭﺍﺿﺮﺑﻮﻫﻦ ﺿﺮﺑﺎ ﻏﻴﺮ ﻣﺒﺮﺡ ﻓﺈﻥ ﺃﻃﻌﻨﻜﻢ ﻓﻼ ﺗﺒﻐﻮﺍ ﻋﻠﻴﻬﻦ ﺳﺒﻴﻼ ) .
ﻭﻳﻨﺒﻐﻲ ﺑﺸﻜﻞ ﻋﺎﻡ ﻗﻄﻊ ﺃﺳﺒﺎﺏ ﺍﻟﺨﻼﻑ ﻛﺄﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻫﻨﺎﻙ ﻣﻦ ﻳُﻔﺴﺪ ﺍﻟﺰﻭﺟﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺰﻭﺝ , ﻓﻠﻠﺰﻭﺝ ﺃﻥ ﻳﻤﻨﻊ ﺯﻭﺟﺘﻪ ﻣﻦ ﺯﻳﺎﺭﺓ ﺃﻗﺎﺭﺑﻬﺎ ﺇﺫﺍ ﺗﺮﺗﺐ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﻣﻔﺴﺪﺓ ﺑﺎﺳﺘﺜﻨﺎﺀ ﻭﺍﻟﺪﻳﻬﺎ .
Adab-adab bersenggama :
1. Memakai minyak wangi
2. Bercumbu terlebih dahulu hingga timbul Syahwat untuk mendapat kan kenikmatan.
3. Membaca do’a-do’a yang sudah di anjurkan dalam Syariat, baik sebelum dan sesudah melakukan hubungan intim.
4. Bersetubuh tidak boleh dilakukan selain di bagian Farji / Vagina. Dan boleh dilakukan dengan gaya dari depan atau dari belakang
5. Jangan mencabut kemaluan, sebelum istri ejakulasi / keluar mani
6. Haram, menyetubuhi istri saat Haid
7. Haram, menyetubuhi istri di bagian Dzubur / anus
8. Haram menyingkap / menggungkapkan (mencerita kan) perkara suami istri yang berkenaan dengan hubungan intim
9. Wajib mandi besar sesudah bersetubuh meskipun tidak keluar mani
10. Menggunakan penutup (selimut / sarung) saat bersenggama.
11. Bagi yang punya istri 2 (dua) tidak boleh menyetubuhi salah satu istri nya di hadapan / di dekat istri yang lain.
Istri yang melanggar (tidak taat terhadap suami) dalam urusan ranjang boleh di pukul dengan catatan tidak melukai.
Apabila istri sudah taat, maka Haram bagi suami berbuat keji dengan mencari-cari kesalahan istri.
Suami wajib mencegah hal-hal yang menimbulkan kerusakan / keretakan rumah tangga.
Termasuk, suami wajib mencegah istri mendatangi keluarga / famili nya apabila sekira nya menimbul kan Mafsadah/ kerusakan.
[Zean Areev]
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id