Biarkan Aku Tetap Seperti Ini Asalkan Adekku Bisa Bahagia.
Alhabib Ali pernah bercerita. Ada dua orang bersaudara yaitu kakak beradek, ketika dimasa mereka masih belajar dipondok kakak beradek ini naik sepeda bareng. Istilahnya naik keledai bareng, naik kuda bareng untuk pergi ke gurunya. Satu tahun, dua tahun sampai mereka dewasa sekolahnya bareng kakak beradik ini pulang pergi bareng. “mereka tinggal bersama dirumah orang tua nya”.
Sampai pada satu kali waktu mereka ini dewasa dan sang adek telah nikah, “kakaknya yang menikahkan”. Sementara si kakak ini tidak nikah, dia menetap dirumah orang tua nya sedangkan ibu dan bapak nya sudah wafat. Dan sang adekpun usaha dan akhirnya sukses dan berasil. Bisa menghajikan karyawannya, bisa menghajikan orang-orang, dan si adek ini sudah pindah kota yang lebih besar dari kakaknya. Sementara sang kakak masih didesa netepi rumah orang tuanya, tinggal dirumah orang tuanya yang lama, dia masih rawat rumah orang tuanya itu.
Satu kali waktu si adek ini datang ketempat kakaknya dan bertanya: bagaiana keadaan mu wahai kakak?, “Alhamdulillah seperti ini keadaannya, jawab sang kakak”.
Kakak tidak ingin berubah? “Tidak” ,
Tidak kepingin pindah rumah? “Tidak, kakak tidak pengen pindah rumah”.
Tidak pengen juga menjadi orang yang sukses seperti adekmu ini ? “Tidak, enak disini keadaan kakak lebih syahdu ,nyaman, tentram ,damai di hati”.
Hingga akhirnya ditinggal sama adeknya dalam kurun waktu kurang lebih 10 tahun. Datang lagi adeknya ke desa itu untuk melihat keadaan kakaknya. Kakak ini tidak berubah keadaannya, sampai marah adeknya mengatakan; “kalau kakak tidak mau berubah, ini bukan orang muslim, bukan yang seperti ini yang dikehendaki oleh agama. Rosulpun juga tidak ridho kalau keadaan kakak seperti ini”. Harus berubah.!
Tidak mau berubah si kakak ini, sehingga kemudian sang adek ini semakin lama semakin jaya, sementara sang kakak semakin lama semakin miskin tidak punya apa-apa. Hingga akhirnya pada satu kali waktu di kabarkan oleh orang penduduk sekitar desa itu kepada adeknnya. “Bahwa sang kakak yang semenjak kecil menyertainya saat ini meninggal dunia. Sang kakak meninggal dunia sebab sakit”.
Lalu adeknya pun datang untuk melihat dan berkata pada orang-orang didesanya. Itu karna kesalahan kakak saya, saya sudah peringatkan dia untuk berubah, dia sakit, dia tidak mau.
Kemudian orang-orang didesa mengatakan; ya sudah’ kamu kan sudah jaya Alhamdulillah, sekarang rawat jenazah kakak mu tadi ini sampai di kuburannya.
kemudian sang adekpun mengurusinya segala macam hingga selesai, hingga kakaknya dikuburkan. Pulang sampai dirumah orang tua tadi dilihat oleh sang adek ada secarik kertas tergeletak diatas kasur kakaknya, “yang mana secarik kertas tersebut tampak sudah sangat lama”.
Dilihatnya secarik kertas tadi kemudian dibuka, setiap kali si adek ini membuka kertas itu tertulis didalamnya.
Wahai adekku, memang aku adalah kakak mu yang tidak bisa berbuat seperti apa yang engkau lakukan. “kau sukses, kau jaya, hidupmu makmur dan serba kecukupan”. Pokoknya si kakak ini menuliskan secarik kertas itu yang sifatnya adalah wasiat.
Tapi aku minta kepada engkau wahai adekku bagaimana pun juga jangan kau lupakan ketika engkau bersama dengan aku belajar pada seorang guru, kita memakai sepeda bersama, kita kemudian jalan bersama, pulang malam hari bersama, saat kamu sekarang dewasa sekarang kamu sudah lebih jaya, lebih sukses dari pada kakakmu sendiri.
Tapi ingatlah bahwa setiap malam kakak selalu berdoa kepada Allah SWT, dengan satu doa yang aku panjatkan kepada Allah. Ya Allah, bahagiakan adekku, “jika engkau limpahkan kebahagian itu kepada aku maka aku hadiahkan kebahagian itu kepada adekku, biar aku dalam kondisi yang seperti ini tapi aku tetap nyaman, damai hatiku bersama dengan engkau Ya Allah”.
Si adek ini begitu dia baca wasiat kakaknya atau secarik surat kakaknya tadi ini, jangan kau lupakan sholat, jangan kau lupakan puasa, jangan kau lupakan ibadah kepada Allah SWT.
Si adek membacanya sambil meneteskan air mata, sampai mengatakan pada orang-orang penduduk desa itu bahwa sesungguhnya orang yang kaya adalah kakak ku. Karna berkat dia berdoa kepada Allah menjadi sebab aku dibahagiakan oleh Allah SWT.
[Dibawakan Oleh Sayidil Habib Alwi Bin Ali Al Habsyi. Pengasuh Ponpes Riyadhul Jannah]
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id