SANTRI YANG BERMAKSIAT KEPADA ALLAH KETIKA IA MENCARI ILMU
فإذا رأى متعلما يكبو على الشهوات * متبعا هواه معاملا
Maka apabila pengajar (ustadz) beranggapan orang itu (santri) akan tergelincir kepada syahwat-syahwat, lagi mengikuti hawa nafsunya, dan terus melakukannya.
متكالبا أيضا على روم الدنا * من غير منهاج مباح فائلا
Juga ia (santri) rakus terhadap keinginan-keinginan duniawi tanpa cara-cara yang diperbolehkan, yakni dengan menipu.
أو قد تعاطى علم فرض كفاية * من قبل فرض العين علما وبتلا
Atau ia (santri) sungguh memfokuskan pada ilmu-ilmu fardu kifayah (kewajiban kolektif). Sebelum fardu ‘ain (kewajiban induvidual) sebagai ilmu dan pengamalan.
فلقد تبين من قرائن حاله * قصد لغير الله فيه تغلغلا
Maka sungguh telah jelas itu termasuk tanda-tanda perilakunya, yang bertujuan bukan kepada Allah dalam menuntut ilmunya lagi tergesah gesah.
وكذا إذا ترك الصلاة جماعة * من غير عذر بل بأن يتكاسلا
Begitupun apabila santri meninggalkan shalat berjamaah, tanpa adanya udzur, melainkan sebab kemalasan.
وكذا ترك للرواتب والسنن * إن أكدت فاعلمه واصح تبتلا
Begitupun meninggalkan shalat Rawatib dan shalat-shalat sunnah lainnya. Bila telah dikuatkan kesunnahannya, maka beritahulah ia (santri) dan sadarkan, agar iya selalu mengabdi kepada Allah.
Dari enam syairan di atas Ki Musonif pengarang kitab Kifayatul Atqiyah memberi peringatan bagi Santri yang hanya mencari ilmu karena dunia dan sekedar formalitas saja, agar ingin mendapatkan kekayaaan biar dipanggil ustadz, dan lain-lain.
Tipe Santri yang pertama: ia selalu mengikuti syahwatnya bahkan ia disetir oleh nafsunya, belajarnya bukan karena Allah tapi karena ingin dunia.
Tipe Santri’ yang kedua: mementingakn ilmu fardu kifayah daripada fardu ‘ain, sibuk dengan ilmu Nahwu, ilmu Shorof, ilmu perhitungan, dan ilmu kedokteran, sedangkan ilmu Tauhid, pokok dari kematian sudah ia tinggalkan.
Ada satu riwayat: Seorang laki-laki datang kepada Nabi, “Ya Rasulullah, ajarkan aku ilmu yang paling istimewa diantara semua Ilmu?”.
Rasulullah menjawab, “Apakah kamu telah melakukan pokok ilmu?”.
Laki-laki itu menjawab, “Apa pokok ilmu itu, Ya Rasulullah?”.
Rasulullah berkata lagi, “Apakah kamu tahu Allah SWT?”.
Jawab laki-laki itu, “Ya Rasulullah, Saya tahu”.
Rasulullah berkata, “Apakah kamu telah mengerjakan haknya?”.
Jawab laki-laki tersebut, “Masya Allah”.
Rasulullah berkata, “Apakah kamu mengetahui kematian?”.
Jawab laki-laki tersebut, “Tahu, Ya Rasulullah”.
“Apakah kamu sudah mempersiapkan?”.
Jawab laki-laki itu, “Masya Allah”.
Lalu Nabi bersabda, “Pergilah kamu, belajarlah dulu yang tadi aku sampaikan, lalu setelah selesai ilmu yang tadi (fardu ‘ain) lalu kesini lagi nanti akan aku ajarkan ilmu yang paling istimewa-istimewa diantara ilmu”.
Tipe Santri selanjutnya meninggalkan shalat berjamaah dan meningalkan shalat-shalat Rawatib dan sunah-sunah yang lainnya.
Hal inilah yang membuat santri maksiat kepada Tuhannya meskipun ia mencari ilmu di pesantren.
(Dikutip dari kitab Kifayatul Atqiyaa’)
Oleh: Sayyid Alwi bin Ali Alhabsyi, Pengasuh Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta.
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id