Deskripsi masalah: Dalam perkembangan teknologi canggih dewasa ini dan perkembangan masyarakat diperkotaan sehingga mengakibatkan kebutuhan masyarakat semakin meningkat, begitu pula kebutuhan pasokan air bersih, karena padatnya penduduk sehingga pasokan air bersih semakin menipis, maka para ilmuwan berusaha dengan sekuat tenaga untuk memecahkan permasalahan kebutuhan air bersih yang semakin meningkat sehingga terciptalah mesin pendaur ulang air. Air yang kotor atau air yang bercampur dengan najis dapat di daur ulang kembali menjadi air bersih yang siap digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih disetiap harinya.
Pertanyaan: Apakah air yang kotor atau air mutanajis yang telah berubah menjadi air bersih melalui proses kimiawi dapat dihukumi suci dan mensucikan?
Jawaban:
Air mutanajis bisa dihukumi suci mensucikan apabila telah hilang sifat-sifat najisnya dan air yang dihasilkan dua qullah atau lebih karena penyebab najisnya sudah tidak ada. Bahkan apabila airnya kembali dipisah sehingga kurang dari dua qullah maka hukumnya tetap suci mensucikan ( tidak kembali najis)
حاشية الجمل ( 1ص 115)
( فَإِنْ زَالَ تَغَيُّرُهُ ) الْحِسِّيُّ أَوْ التَّقْدِيرِيُّ ( بِنَفْسِهِ ) أَيْ لَا بِعَيْنٍ كَطُولِ مُكْثٍ ( أَوْ بِمَاءٍ ) انْضَمَّ إلَيْهِ وَلَوْ نَجَسًا أَوْ أُخِذَ مِنْهُ وَالْبَاقِي قُلَّتَانِ ( طَهُرَ ) لِانْتِفَاءِ عِلَّةِ التَّنَجُّسِ وَلَا يَضُرُّ عَوْدُ تَغَيُّرِهِ إذَا خَلَا عَنْ نَجَسٍ جَامِدٍ أَمَّا إذَا زَالَ حِسًّا بِغَيْرِهِمَا كَمِسْكٍ وَتُرَابٍ وَخَلٍّ فَلَا يَطْهُرُ لِلشَّكِّ فِي أَنَّ التَّغَيُّرَ زَالَ أَوْ اسْتَتَرَ بَلْ الظَّاهِرُ أَنَّهُ اسْتَتَرَ فَإِنْ صَفَا الْمَاءُ وَلَا تَغَيُّرَ بِهِ طَهُرَ
Apabila telah hilang perubahan najisnya dengan sendirinya (bukan ditambah benda lain) baik secara kasat mata maupun melalui perkiraan seperti lama diamnya air atau dengan ditambah atau dikurang airnya dan sisanya masih ada dua qullah maka airnya kembali menjadi suci mensucikan karena telah hilang alasan kenajisannya dan tidak berbahaya dengan kembalinya perubahan air apabila telah bersih dari benda najis yang padat.
Adapun apabila hilangnya najis secara kasat mata dengan selain keduanya (lama diam atau dengan air) seperti ditambah misik dan debu, dan hilang perubahan tersebut maka air tersebut tidak menjadi suci mensucikan karena adanya keraguan dalam perubahan air tersebut telah hilang atau tertutup, bahkan secara dhohir hilangnya perubahan air tadi karena tertutup misik atau debu, maka apabila air telah bersih dari misk atau debu dan tidak berubah maka air kembali suci mensucikan
المجموع شرح المهذب (1ص 132)
قال المصنف رحمه الله: (إذَا أَرَادَ تَطْهِيرَ الْمَاءِ النَّجِسِ نُظِرَ فَإِنْ كَانَتْ نَجَاسَتُهُ بِالتَّغَيُّرِ وَهُوَ أَكْثَرُ مِنْ قُلَّتَيْنِ طَهُرَ: بِأَنْ يَزُولَ التَّغَيُّرُ بِنَفْسِهِ أَوْ بِأَنْ يُضَافَ إلَيْهِ مَاءٌ آخَرُ: أَوْ بِأَنْ يُؤْخَذَ بعضه لان النجاسة بالتغير وقد زال)
(الشرح) اذا زَالَ تَغَيُّرُ الْمَاءِ النَّجِسِ وَهُوَ أَكْثَرُ مِنْ قُلَّتَيْنِ نُظِرَ إنْ زَالَ بِإِضَافَةِ مَاءٍ آخَرَ إلَيْهِ طَهُرَ بِلَا خِلَافٍ سَوَاءٌ كَانَ الْمَاءُ الْمُضَافُ طَاهِرًا أَوْ نَجِسًا قَلِيلًا أَوْ كَثِيرًا وَسَوَاءٌ صُبَّ الْمَاءُ عَلَيْهِ أَوْ نَبَعَ عَلَيْهِ وَإِنْ زَالَ بِنَفْسِهِ أَيْ بِأَنْ لَمْ يَحْدُثْ فيه شيئا بَلْ زَالَ تَغَيُّرُهُ بِطُلُوعِ الشَّمْسِ أَوْ الرِّيحِ أَوْ مُرُورِ الزَّمَانِ طَهُرَ أَيْضًا عَلَى الْمَذْهَبِ وَبِهِ قَطَعَ الْجُمْهُورُ: وَحَكَى الْمُتَوَلِّي عَنْ أَبِي سعيد الاصطخرى أنه لا يطهر لانه شئ نجس فلا يطهر بنفسه: وهذا ليس بشئ لِأَنَّ سَبَبَ النَّجَاسَةِ التَّغَيُّرُ: فَإِذَا زَالَ طَهُرَ لِقَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إذَا بَلَغَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَنْجَسْ وَإِنْ زَالَ بِأَخْذِ بَعْضِهِ طَهُرَ بِلَا خِلَافٍ بِشَرْطٍ أَنْ يَكُونَ الْبَاقِي بَعْدَ الْأَخْذِ قُلَّتَيْنِ: فَإِنْ بَقِيَ دُونَهُمَا لم يطهر بلا خلاف
الأشباه و النظائر ص 270 دار الكتب العلمية
القاعدة الرابعة عشرة: الزائل العائد, هل هو كالذي لم يزل, أو كالذي لم يعد ؟ وجَزَمَ بالثَّاني فيِ صُوَرٍ: مِنْهَا: إذا تَغَيَّرَ الماءُ الكَثِيرُ بِنَجَاسَةٍ, ثُمَّ زالَ التَّغَيُّرُ. عَادَ طَهُورًا, فَلَوْ عَادَ التَّغَيُّرُ بَعْدَ زوالِه وَالنَّجَاسَةُ غَيْرُ جامِدةٍ, لَمْ يَعُدِ التَّنْجِيسُ قَطْعًا. قاله في شرح المهذب
Oleh: Ustadz Ali Musthofa, Staf Pengajar Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id