Kacang lupa kulitnya, atau hanya batu loncatan..?
Guru utama kita (yang menyampaikan/mengenalkan kita kepada Allah), maka dialah ayah yang paling mulia dalam hidup kita, sesuai dalam Hadits.
Hanya saja banyak yang melupakan gurunya setelah santri dimuliakan oleh Allah dengan berkah gurunya tersebut.
Banyak yang meninggalkan guru utamanya hanya karena terpesona dengan ulama lain yang menurutnya lebih hebat dari guru utamanya. Coba lihat indahnya keterangan ini :
ولا تَجْتمعْ بأحدٍ من المشايخ المتظاهرين بِالتَّسْلِيكِ الا عن إذنِه، فَإن أذنَ لك فَاحْفَظ قلبك واجْتَمِع بمن أرَدْتَ وان لم يَأذَنْ لك فاعلمْ انَّه قَد أَثرَ مَصْلَحَتَكَ فلا تَتَّهِمَه و تَظُنَّ بِه الحسدَ والغَيْرَةَ، معاذ الله ان يصدر عن اهل الله وخاصتِهِ مثلُ ذالك
Imam Haddad didalam kitab “Adab Sulukil Murid” :
“Janganlah kau berkumpul dengan syaikh lain yang masyhur sebagai pembimbing jalan menuju Allah, kecuali dengan izin syaikhmu. Jika beliau mengizinkanmu maka berkumpullah dengan mereka yang kau inginkan dan jagalah hatimu. Jika beliau tidak mengizinkanmu, maka ketahuilah bahwa ia lebih mengetahui yang terbaik bagi dirimu. Jangan kau menuduh dan berprasangka bahwa beliau memiliki sifat iri hati dan pencemburu. Berlindunglah kepada Allah dari perbuatan menuduh orang-orang yang dekat kepada Allah dan hamba-hambaNya yang istimewa dengan tuduhan seperti itu”.
Oleh : Muhammad Baraqbah, Santri/Pengajar Majlis Taklim Alhidayah Surakarta
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id