ثُـمَّ الـصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ سَرْمَـدَ ا ۞ عَـلَـى الـنَّـبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدَا
Kemudian, semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan pada Nabi sebaik-baiknya orang yang mengesakan Allah
وَآلِهِ وَصَـحْـبِهِ وَمَـنْ تَـبِـعْ ۞ سَـبِـيْلَ دِيْنِ الْحَقِّ غَيْرَ مُـبْـتَدِعْ
Dan keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jalan agama secara benar bukan orang-orang yang berbuat bid’ah.
- Syarah/ Penjelasan :
Perlu kita ketahui bahwa Allah subhanahu Wata’ala dan Rasulullah shollallahualaihi wasallam telah memerintahkan kita untuk bersholawat kepada Rasulullah shollallahualaihi wasallam, dalil mengenai keharusan untuk membaca shoalawat sangatlah banyak, baik dari segi Naqli ataupun Aqli. Dalil Naqli diantaranya adalah firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 56 Allah subhanahu Wata’ala:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”.
Bahkan dijelaskan dalam Hasyiah I’anatuttalibin mengenai surat Al-Insyirah ayat 4:
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
Artinya: “Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)Mu (wahai Muhammad)”.
Bahwa yang dimaksud dalam ayat ini adalah Allah menyatakan tidaklah namaku (Allah) disebut terkecuali namamu (Rasulullah) disebut juga bersanding dengan namaku(Allah). Dalil secara Akal yang diambil firman Allah yang di sabdakan oleh Rasulullah shollallahualaihi wasallam dalam hadist Qudsi :
عَبْدِيْ لَا تَشْكُرُنِيْ إِذَا لَمْ تَشْكُرْ مَنْ أَجْرَيْتُ النِّعْمَةَ عَلَى يَدَيْهِ
Artinya: Wahai hambaku, kamu tidaklah bersyukur kepadaku selagi tidak bersyukur pada orang yang dimana nikmat dijalankan melalui tangannya.
Dan tidak diragukan lagi bahwa beliau Sayyiduna Rasulullah shollallahualaihi wasallam adalah perantara kita mendapatkan ni’mat yang diberikan oleh Allah, bahkan alam ini diciptakan hanya diperuntuhkan karena dan untuk Rasulullah shollallahualaihi wasallam, sehingga sudah sepatutnya kita berterima kasih kepada Beliau dengan bersholawat, karena kita tidak akan dianggap bersyukur kepada Allah jika belum bersyukur atau berterima kasih kepada Rasulullah shollallahualaihi wasallam.
Sebuah kitab atau buku yang dituliskan Sholawat maka para Malaikat akan senantiasa memintakan ampunan untuk sang penulis selama tulisan itu masih dalam buku tersebut (Al-hadits)
Sebuah kitab atau buku yang dituliskan Sholawat maka para Malaikat akan senantiasa memintakan ampunan untuk sang penulis selama tulisan itu masih dalam buku tersebut, Al-Imam Zainuddin Al-Malibari menyebutkan salah satu Hadist bahwa Rasulullah shollallahualaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ فِيْ كِتَابٍ لَمْ تَزَلِ الْمَلَائِكَةُ تَسْتَغْفِرُ لَهُ مَا دَامَ اسْمِيْ فِيْ ذَلِكَ الْكِتَابِ
Artinya: “Barang siapa yang membaca (menulis) sholawat kepadaku dalam buku, maka para malaikat akan selalu memintakan ampunan untuk orang itu selama masih ada namaku dalam buku itu”.
Feadah:
Sholawat menurut bahasa adalah berarti mendoakan kebaikan, sedangkan apabila disandingkan dengan nama Allah seperti contoh “Allah Bersholawat atas Rasulullah” maka artinya adalah Allah menambahkan dalam memberi keni’matan yang disertai dengan penghormatan dan pengagungan, sebagaimana diriwayatkan dari Sayyidina Abdullah bin Abbas radiyallahu anhuma:
إِنَّ الصَّلَاةَ مِنَ اللهِ رَحْمَة، وَمِنَ العَبْدِ دُعَاء، وَمِنَ المَلائِكَة اسْتِغْفَار
Artinya: “Sesungguhnya sholawat dari Allah adalah rahmat, sedangkan dari hamba adalah do’a, sedangkan dari malaikat adalah istighfar”.
Salam adalah sebuah bentuk penghormatan yang layak, sesuai dengan Rasulullah shollallahualaihi wasallam. Nabi dalam bahasa islam memiliki beberapa pengertian, sedangkansecara umum apabila kita mengucapkan kata “Nabi” maka diarahkan kepada Rasulullah Muhammad shollallahualaihi wasallam.
Pengertian Nabi ada 2:
- Pengertian umum: Manusia, laki-laki, merdeka, diberi wahyu tentang syariat, walaupun tidak diperintahkan untuk disampaikan kepada umatnya, sedangkan apabila diperintahkan maka statusnya adalah nabi, dan rasul.
- Pengertian khusus:
- Nabi: Manusia, laki-laki, merdeka, diberi wahyu tentang syariat untuk di kerjakan sendiri.
- Rasul: manusia, laki-laki, merdeka, diberi wahyu tentang syariat untuk di sampaikan kepada umatnya.
Keluarga Nabi (آل النبي) para ulama’ memperinci sebagai berikut:
- Konteks do’a: Keluarga nabi adalah seluruh orang mu’min yang bertaqwa. Diriwayatkan dari sayyidina Anas bin Malik radhiyallahu anhu beliau menceritkan, pernah suatu saat Rasulullah shollallahu alaihi wasallam ditanya: “Siapa keluarga engkau wahai Rasulullah”. Maka beliau menjawab: “Keluarga Muhammad adalah setiap orang yang bertaqwa” (diriwayatkan oleh imam Tabrani dalam mu’jamul ausath).
- Konteks Zakat:
* Imam Malik bin Anas rahimahullah: Keluarga nabi adalah Bani Hasyim
* Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i rahimahullah: Keluarga nabi adalah Bani Hasyim, dan Bani Muttalib.
Sahabat Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah mereka yang berkumpul dan beriman dengan Nabi Muhammad dimasa hidup Beliau, setelah turunnya wahyu ke-rasulan, walaupun sebelum perintah da’wah, walaupun hanya dalam kegelapan, atau mereka buta, atau bahkan mereka tidak merasakan pernah bertemu, atau mereka belum tamyiz, atau hanya lewat, atau bahkan tidur, atau bahkan seandainya mereka tidak berkumpul dengan Beliau, tapi dia hanya melihat Beliau, atau Beliau melihatnya walaupun dari jarak yang jauh, walaupun hanya sesaat dan wafat tetap dalam keadaan imannya.
Pelaku bid’ah: mereka adalah setiap orang yang keluar dari jalan kebenaran. Jalan kebenaran adalah setiap hal yang sesuai dengan ajaran Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, dan Qiyas. Bid’ah itu sendiri secara bahasa adalah setiap hal yang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Sedangkan secara Syariat bid’ah adalah setiap hal baru yang tidak sesuai dengan syariat.
Kesimpulan:
Sebagai hamba Allah, umat manusia, bahkan umat baginda Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam, harus kita bersholawat kepada Beliau, karena sebab Beliau lah, Allah menciptakan kita, mencurahkan segala ni’mat kepada kita. Pada hakikatnya sholawat seorang hamba akan kembali kepadanya, karena Allah akan membalas sholawatnya dengan berkali-kali lipatan, bahkan disebutkan bahwa jika sesuatu yang diperhatikan agama tidak diawali dengan sholawat, maka akan dihalangi dari keberkahan, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abdul Qodir Ar-Rihawi dalam kitab Al-Arbai’n dengan sanad lemah, Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:
كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لا يُبْدَأُ بِحَمْدِ اللهِ والصَّلَاةِ عَلَيَّ فَهُوَ أَقْطَعُ أَبْتَرُ مَمْحُوْقُ البَرَكَة
Artinya: “Setiap urusan penting yang tidak dimulai dengan Hamdalah dan Shalawat atasku, maka terputus dan hilang berkahnya”.
Al-Imam Syafi’i bernah berkata: “Aku cinta, senang apabila seseorang mengawali khutbahnya, dan setiap perkara pentingnya, dengan memuji kapada Allah, dan bersholawat kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam.
Wallahua’lam.
Al-Imam Syafi’i bernah berkata: “Aku cinta, senang apabila seseorang mengawali khutbah nya, dan setiap perkara pentingnya, dengan memuji kapada Allah, dan bersholawat kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam.
Referensi:
- Jalaul Afham, karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani
- Nur Adzolam, karya Syekh Nawawi Al-Bantani
- Hasyiyah Showi Ala Jauharoh At-Tauhid, karya Syekh Ahmad bin Muhammad As-Showi
- Hasiyah Ianatuttholibin karya syekh Bakri bin Muhammad Syatho’ Ad-Dimyati
Ditulis oleh: Miftah Farid (Santri Aktif Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id