Nabi Muhammad Disusui Sayyidah Halimah Dan Peristiwa Pembelahan Dada
Pada tahun pertama setelah kelahiran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau disusui oleh Tsuwaibah, seorang budak yang telah dimerdekakan oleh paman Nabi, yaitu Abu Lahab. Di waktu yang sama, Tsuwaibah juga menyusui paman Nabi Hamzah dan Abu Salamah Abdullah bin Abdul Asad Al-Makhzumi.
Diriwayatkan bahwa Sayyidina Abbas radhiyallahu ‘anhu melihat saudaranya Abu Lahab di dalam mimpi dalam keadaan yang seburuk-buruknya. Kemudian Abu Lahab berkata: “Adzabku diringankan di setiap malam senin”. Lalu ketika ia ditanya alasannya, Abu Lahab menjawab: “Karena ketika Nabi Muhammad lahir, aku diberi kabar gembira oleh budakku Tsuwaibah. Dan saking gembiranya diriku, aku memerdekakannya. Itu terjadi pada malam senin”. Sebagaimana disebutkan pula di dalam Shahih Bukhari dengan makna yang sama. Wallahu A’lam.
Kemudian Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diasuh oleh Halimah binti Abu Dzuaib Abdullah bin al-Harits, dari Bani Sa’ad bin Bakr bin Hawazin, yang nasabnya sampai ke Qais ‘Aylan bin Mudhar. Ketika itu, Sayyidah Halimah sampai di kota Mekkah bersama dengan wanita-wanita dari kaumnya untuk mencari anak susuan. Penduduk Mekkah mengharap anaknya disusui oleh penduduk Bani Sa’ad, karena mereka dikenal memiliki lingkungan yang baik dan santun untuk membesarkan anak. Sehingga orang-orang Mekkah menyerahkan anak-anaknya kepada Bani Sa’ad untuk disusui, supaya anak-anak mereka menjadi anak yang fashih dalam berbahasa Arab. Supaya dalam diri anak itu terkumpul permulaan yang sehat, memiliki lisan yang fashih, dan tata krama yang baik.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berada dalam asuhan Sayyidah Halimah selama 5 tahun. Selama Nabi Muhammad menetap di tengah-tengah keluarga Halimah, telah nampak pada diri Nabi anugerah dan keberkahan yang melimpah, serta berbagai macam mukjizat yang luar biasa. Terdapat riwayat yang panjang mengenai hal ini dari Sayyidah Halimah. Di antaranya adalah banyaknya susu Halimah setelah sebelumnya kering, binatang tunggangannya yang mampu berjalan cepat setelah sebelumnya merasa berat, derasnya air susu binatang-binatang ternaknya setelah sebelumnya tidak mengeluarkan apapun, dan gemuknya gembalaan-gembalaannya setelah sebelumnya kurus. Sayyidah Halimah mencintai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti darah dagingnya sendiri. Dan beliau menjadi ibu Nabi setelah sebelumnya sangat mengharapkan itu, ketika di permulaannya disebutkan tentang keadaan Nabi sebagai anak yatim.
Pada akhir tahun kedua setelah kelahiran Nabi, Sayyidah Halimah sudah harus melepaskan Nabi Muhammad sebagaimana kontrak yang telah ditetapkan dengan ibunda Nabi Aminah. Nabi Muhammad sudah menjadi anak yang kuat, pertumbuhan Nabi sangatlah cepat, 1 tahun umur Nabi Muhammad itu seperti 2 tahun pada anak lainnya. Kemudian, ketika Sayyidah Halimah mendatangi ibunda Nabi di kota Mekkah, ia memohon agar Sayyidah Aminah agar membiarkan Nabi Muhammad pulang kembali ke pangkuan Siti Halimah di perkampungan Bani Sa’ad. Maka Sayyidah Aminah mensetujuinya, 1 bulan setelah mereka kembali dari kota Mekkah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berusia 3 tahun (pendapat lain 4 tahun). Kemudian datanglah 2 malaikat membelah dada Nabi Muhammad. Mereka mengeluarkan hati Nabi Muhammad, lalu membelahnya lagi. Kemudian mereka mengeluarkan segumpal darah berwarna hitam dan mengatakan: “Ini adalah bagian syaithan dari dirimu”. Lalu mereka mengisinya dengan hikmah dan iman. Lalu mereka mengembalikannya hingga dada Nabi kembali seperti semula. Kemudian kedua malaikat itu memberikan stempel di antara kedua pundak Nabi, yang mana stempel itu tidak pernah ada pada Nabi-Nabi sebelumnya. Maka itu adalah isyarat bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah penutup para Nabi.
Kemudian salah satu malaikat itu berkata kepada temannya: “Timbanglah ia dengan 10 dari umatnya”. Ketika ditimbang ternyata Nabi Muhammad lebih berat. Lalu ditambah lagi 10, dan terus menerus ditambahkan tetapi Nabi Muhammad tetap lebih berat. Hingga mereka berkata: “Demi Allah, seandainya kita menimbang dengan seluruh umatnya, maka timbangannya pasti lebih berat”. Kemudian kedua malaikat itu mencium kepala dan kening diantara 2 mata Nabi Muhammad, sambil mereka berucap: “Wahai kekasih Allah, janganlah engkau takut. Sesungguhnya apabila engkau mengetahui apa hakikat dirimu, niscaya engkau akan bergembira”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
فَمَا هُوَ إِلَّا أَنْ وَلَّيَا عَنِّيْ ، فَكَأَنَّمَا أَرَى الْأَمْرَ مُعَايَنَةً
Artinya : “Kemudian kedua malaikat itu meninggalkanku, seakan-akan aku melihat perkara itu (apa yang diberitakan malaikat) secara langsung”.
Referensi:
(Yahya bin Abu Bakar al-‘Amiri, Bahjatul Mahafil wa Bughyatul Amatsil : hlm. 62 – 63)
Oleh Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf ( Staf Pengajar Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id