وَ جَـائـِزٌ بِـفَـضْـلِهِ وَ عَدْلِهِ ۞ تَـرْكٌ لِـكُـلِّ مُمْـكِـنٍ كَفِعْلِهِ
Dengan karunia dan keadilan-Nya, Allah memiliki wewenang yaitu boleh mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya
أَرْسَـلَ أَنْـبِيَا ذَوِي فَـطَـانَـهْ ۞ بِالصِّـدْقِ وَالـتَّـبْلِـيْغِ وَاْلأَمَانَهْ
Allah telah mengutus para nabi yang memiliki 4 sifat yang wajib yaitu cerdas, jujur, menyampaikan (risalah) dan dipercaya
Keterangan/ Syarah:
- Poin pada bait pertama:
Sudah menjadi hal yang sangat jelas bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah Subhanahu wata’ala, mulai dari hal yang baik, yang buruk, yang Islam, yang kafir, yang bodoh, dan yang pandai, dan sebagainya. Itu semua adalah hak prerogatif Allah dalam kekuasaanya.
Mereka yang diberikan sifat taat berarti sebagai tanda akan diberi pahala, mereka yang diberikan sifat maksiat berarti sebagai tanda akan disiksa oleh Allah Subhanahu wata’ala. Yang harus menjadi keyakinan seorang hamba adalah segala sesuatu, baik hamba ataupun perbuatannya semuanya adalah ciptaan Allah, dan itu semua adalah hak Allah Subhanahu wata’ala.
Penting: Keterangan di atas adalah gambaran sifat Ja’iz Allah yaitu melakukan hal yang mumkin (bukan mustahil) atau meninggalkannya.
Dikisahkan dari Sayyidina Musa alaihi wa’ala nabiyyina afdolussholati wassalam, pernah suatu saat beliau mengadu kepada Allah mengenai sakit gigi yang menimpa beliau, maka Allah memerintahkan beliau: “Ambilah semacam rumput, lalu letakkanlah pada gigimu”. Maka rasa sakitnya hilang seketika. Lalu seiring berjalannya waktu, rasa sakit itu datang kembali, maka beliau langsung saja mengambil semacam rumput yang dulu pernah diperintahkan oleh Allah, dan beliau letakkan kembali pada gigi beliau, namun bukannya sembuh, justru rasa sakitnya bertambah parah, maka mengadu kepada Allah: “Wahai Tuhanku, bukankah engkau pernah memerintahkan aku dan mengarahkanku untuk hal ini ?”. Maka Allah Subhanahu wata’ala menjawab: “Wahai Musa, Akulah sang pemberi kesembuhan, Akulah sang pemberi kesehatan, Akulah sang pemberi bahaya, Akulah sang pemberi manfaat, pada kali pertama engkau datang kepada-Ku, maka Aku sembuhkan sakitmu, sedangkan sekarang engkau datang kepada tumbuhan itu, namun engkau tidak datang kepada-Ku”.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Al-Qosos ayat 68:
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ ۗ مَا كَانَ لَهُمُ ٱلْخِيَرَةُ ۚ
Artinya: “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka”.
Allah Subahanahu wata’ala berfirmana dalam surat Âli ‘Imron ayat 26-27:
قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
تُولِجُ ٱلَّيْلَ فِى ٱلنَّهَارِ وَتُولِجُ ٱلنَّهَارَ فِى ٱلَّيْلِ ۖ وَتُخْرِجُ ٱلْحَىَّ مِنَ ٱلْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ ٱلْمَيِّتَ مِنَ ٱلْحَىِّ ۖ وَتَرْزُقُ مَن تَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: “Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)”.
- Poin dari bait yang kedua:
Setelah kita selesai membahas tentang ketuhanan, sifat wajib bagi Allah, sifat mustahil, dan sifat ja’iz, maka pada bait ini kita memasuki pembahasan mengenai kenabian, sifat wajib bagi rasul, sifat mustahil, dan sifat jaiz. Sebagai orang mukallaf, wajib hukumnya meyakini bahwa Allah Subhanahu wata’ala mengutus para nabi dan rasul.
Allah subahanu wata’ala berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 285:
ءَامَنَ ٱلرَّسُولُ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِۦ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَمَلَٰٓئِكَتِهِۦ وَكُتُبِهِۦ وَرُسُلِهِۦ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِۦ ۚ وَقَالُوا۟ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ ٱلْمَصِيرُ
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.
Setelah kita menyakini bahwa Allah mengutus para Rasul, maka kita juga harus meyakini bahwa para Rasul memiliki 4 sifat wajib sebagai berikut:
1. Cerdas (Fathonah): Adalah sifat cerdas dan cerdik, guna untuk membungkam musuh. Setiap para Rasul pasti diberi kecerdasan oleh Allah Subhanahu wata’ala, karena seandainya mereka tidak cerdas maka, tidak akan bisa membantah, atau menyampaikan Hujjah (Dalil) kepada para musuh, dan hal semacam ini mustahil bagi para Rasul, karena Al-Qur’an telah meyebutkan kisah bahwa para Rasul cerdas dalam menyampaikan Hujjah, diantaranya Firman Allah dalam surat Al-An’am ayat 83:
وَتِلْكَ حُجَّتُنَآ ءَاتَيْنَٰهَآ إِبْرَٰهِيمَ عَلَىٰ قَوْمِهِۦ ۚ نَرْفَعُ دَرَجَٰتٍ مَّن نَّشَآءُ ۗ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ
Artinya: “Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui”.
2. Jujur (Sidhiq): Adalah sifat memberi kabar sesuai kenyataan. Setiap para Rasul pasti diberikan sifat jujur oleh Allah Subhanahu wata’ala, karena seandainya mereka pernah berbohong, maka akan terdapat indikasi kebohongan dalam menyampaikan Firman Allah, dan hal semacam ini adalah mustahil.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 22:
وَصَدَقَ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ ۚ
Artinya: “Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya”.
Dalam surat Yasîn ayat 52:
وَصَدَقَ ٱلْمُرْسَلُونَ
Artinya: “Benarlah Rasul-rasul(Nya)”.
3. Menyampaiakan (Tabligh): Adalah menyampaikan apa yang diperintahkan untuk disampaikan kepada manusia. Para rasul pasti menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah untuk disampaikan, karena mereka telah disifati oleh Allah dengan sifat pemberi kabar gembira, dan ancaman. Sehingga tidak akan memiliki sifat pemberi kabar jika tidak memiliki sifat menyampaikan.
Allah Subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Al-Ma’idah ayat 67:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ ۚ
Artinya: “Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya”.
Dalam surat An-Nisa’ ayat 165:
رُّسُلًا مُّبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى ٱللَّهِ حُجَّةٌۢ بَعْدَ ٱلرُّسُلِ ۚ .
Artinya: “(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu”.
4. Amanah: adalah sifat terjaga dari hal yang haram dan yang makruh. Setiap Rasul pasti Allah berikan sifat Amanah.
Allah berfirman dalam surat Ad-Dukhon ayat 18:
إِنِّى لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ
Artinya: “Sesungguhnya aku adalah utusan (Allah) yang dipercaya kepadamu”.
Dalam surat Al-Anfal ayat 58:
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْخَآئِنِينَ
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat”.
- Penutup :
Setiap para Rasul pasti memiliki sifat Tabligh (menyampaikan syariat), berbeda dengan para Nabi yang bukan Rasul, mereka tidak diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikan syariatnya kepada manusia”. Setiap para Rasul pasti Nabi, tapi tidak setiap Nabi adalah Rasul.
Wallahu a’lam.
Referensi:
- Jalaul Afham, karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani
- Nur Adzolam, karya Syekh Nawawi Al-Bantani
- Hasyiyah Showi Ala Jauharoh At-Tauhid, karya Syekh Ahmad bin Muhammad As-Showi.
Ditulis oleh: Miftah Farid (santri aktif Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id