Perjalanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam Dan Abu Thalib Ke Negeri Syam, Peristiwa Perang Fijar, Dan Hilf Al-Fudhul
Pada tahun ke-9 atau ke-12 atau ke-13 kelahiran Nabi : – Dalam suatu pendapat : selama 2 bulan 10 hari – Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi bersama pamannya Abu Thalib menuju Syam dalam misi perdagangan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa beliau ditemani sahabat dekatnya Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ketika mereka sampai di kota Busra, seorang pendeta Bahira melihat Nabi Muhammad dan mengenali sifat-sifat kenabian pada diri Nabi Muhammad secara utuh. Kemudian Bahira bertanya kepada Abu Thalib tentang Nabi Muhammad, Abu Thalib mengatakan : “Ia adalah keponakanku”. Lalu pendeta itu menghimbau Abu Thalib untuk membawanya pulang ke kota Mekkah, karena khawatir terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka Abu Thalib, Nabi Muhammad, dan Sayyidina Abu Bakar kembali pulang, setelah pendeta Bahira memberi mereka kue dan kismis.
Dalam perjalanan ini disebutkan pula bahwa : Beberapa orang dari kaum Yahudi melihat Nabi Muhammad dan mengenalinya sebagaimana Bahira mengenali Nabi Muhammad. Lalu mereka hendak melakukan suatu kejahatan kepada Nabi Muhammad, namun Bahira menghalangi mereka dan mengingatkan mereka tentang Allah. Lalu mereka pun pulang.
Di dalam kitab Jami’ Abi ‘Isa At-Turmudzi, dari riwayat Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berdasarkan maknanya : Bahwa 9 orang Romawi mendatangi pendeta Bahira. Lalu mereka bertanya kepadanya : “Sesungguhnya Nabi ini telah keluar pada bulan ini, dan tidak ada jalan yang tersisa kecuali kami telah mengutus orang-orang kami ke jalanan itu. Sesungguhnya kami telah diberi kabar tentang Nabi itu di jalanan kamu ini”. Bahira menjawab : “Apakah kalian menyangka bahwa perkara yang pasti terjadi dan sudah ditetapkan Allah, lalu ada seseorang yang mampu menolaknya ?”. Mereka mengatakan : “Tidak”. Bahira mengatakan : “Kalau begitu, ikutilah ajarannya dan menetaplah bersamanya”.
Semua itu terjadi, akan tetapi Nabi Muhammad terlindungi dengan sebaik-baik pengawasan, yaitu pengawasan Allah dan para malaikat-Nya. Mengawasi dan menjaga Nabi Muhammad di pagi hari dan di sore hari, dari arah bawah kakinya, depan dan belakangnya, samping kanan dan kirinya. Sungguh Maha Suci Allah yang telah memberinya kebaikan, sehingga beliau menjadi sebaik-baik Nabi, serta menempatkannya di tempat tertinggi dan termulia.
Pada bulan Syawal tahun ke-14 kelahiran Nabi : Terjadi peperangan Fijar antara Bani Kinanah dan Bani Qais ‘Aylan. Bani Kinanah dibantu oleh Bani Quraisy, dan Bani Qais dibantu oleh Bani Hawazin. Yang memimpin dari pihak Quraisy adalah Abdullah bin Jad’an. Dalam riwayat lain Harb bin Umayyah. Peperangan tersebut terjadi antara mereka berhari-hari lamanya. Hari demi hari, telah terlihat kemenangan hampir digapai oleh Bani Qais. Kemudian suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadiri medan perang tersebut. Tiba-tiba ombak peperangan berbalik menguntungkan suku Quraisy dan Bani Kinanah. Peperangan itu dinamai dengan perang Fijar (durhaka) karena terjadi pada bulan haram (bulan yang dimuliakan dan dilarang berperang di bulan tersebut).
Setelah usai dari peperangan Fijar pada bulan Dzul Qaidah, terjadi persekutuan para pemuka Mekkah bernama Hilf Al-Fudhul. Sebab terjadinya persekutuan itu adalah : Seseorang dari wilayah Zabid yang merupakan penduduk Yaman menjual suatu barang kepada al-‘Ash bin Wail as-Sahmi, namun ketika ditagih ia enggan membayarnya. Maka naiklah lelaki dari Yaman itu ke gunung Abu Qubais, meneriakkan dan mengumumkan kezhaliman yang terjadi dalam untaian bait-bait syair. Lalu berkumpullah orang-orang Quraisy untuk menyelesaikan permasalahan itu di Darun-Nadwah. Pada akhirnya, mereka menyepakati bahwa mereka melarang orang yang zhalim dari perbuatan kezhaliman, dan mereka bersumpah atas hal itu di rumah Abdullah bin Jad’an. Orang pertama kali mempelopori persekutuan itu adalah Zubair bin Abdul Muthallib.
Pada tahun ke-17 kelahiran Nabi : Terjadi pembunuhan salah satu raja Kisra, yaitu Hurmuz.
Referensi:
(Yahya bin Abu Bakar al-‘Amiri, Bahjatul Mahafil wa Bughyatul Amatsil : hlm. 64 – 65)
Oleh Habib Ahmad Bin Muhammad Assegaf ( Staf Pengajar Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id