gambar diambil dari YukSinau.co.id
في أنواع الحكم : حكي : أنه كان الحكم في زمن إبراهيم الخليل ﷺ للنار ، فالمحق يدخل يده فيها فلا تحرقه والمبطل إذا أدخل يده فيها أحرقته .
Diceritakan :Sesungguhnya penetapan hukum pada zaman Nabi Ibrahim Al Khalil ﷺ adalah dengan api, Orang yang benar, yaitu apabila tangannya dimasukkan ke api, maka tidak terbakar. Sedangkan orang yang salah adalah jika tangannya dimasukkan ke api maka akan terbakar.
وكان الحكم في زمن موسی علیه السلام للعصا فتسكن للمحق وتضطرب للمبطل .
Pada zaman Nabi Musa ‘Alaihissalam, hukum ditetapkan dengan tongkat. Artinya, tongkat akan diam dan tidak bergerak bagi orang yang benar. Sedangkan terhadap orang yang salah, maka tongkat akan bergerak- gerak dan tidak tenang.
وكان الحكم في زمن سليمان عليه السلام للريح ، فتسكن للمحق وترفع المبطل ثم تسقطه على الأرض.
Hukum pada masa Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam ditetapkan dengan menggunakan angin. Bagi orang yang benar, maka angin menjadi tenang. Akan tetapi bagi orang yang salah, maka angin akan bertiup kencang, kemudian menerbangkan, dan menjatuhkannya ke tanah.
وكان الحكم في زمن ذي القرنين للماء ، إذا جلس عليه المحق جمد أو المبطل ذاب .
Hukum pada masa Dzul Qarnain ditegakkan dengan menggunakan air. Bagi orang yang benar, maka air menjadi keras saat ia duduk di atasnya. Dan bagi orang yang salah, maka air akan mencair pada waktu ia duduk di atasnya.
وكان الحكم في زمن داود عليه السلام للسلسلة المعلقة ، فالمحق تصل يده إليها بخلاف المبطل .
Pada masa Nabi Daud ‘Alaihissalam, hukum ditegakkan dengan menggunakan rantai yang digantungkan. Apabila seseorang benar, maka ia dapat meraihnya. Namun apabila ia salah, maka ia tidak mampu menjangkau rantai tersebut.
وأما الحكم في زمن محمد ﷺ فالحكم له باليمين أو إقامة البينة ، قال الله تعالى “يريد الله بكم اليسر ولا يريد بكم العسر “.
Adapun hukum pada masa Nabi Muhammad ﷺ ditegakkan berdasarkan sumpah atau dengan saksi. Hal ini berdasarkan firman Allah swt :
{يُرِيدُ الله بِكُمُ اليسر وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ العسر}
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (QS. Al Baqarah [2]: 185).
Referensi : [An-Nawadir. Hal. 23]
Oleh Ustadz Zean Areev ( Staf Pengajar Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta )
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id