Pertanyaan: Bagaimanakah hukum bau pada tangan setelah B.A.B, yang tetap berbau meskipun sudah dicuci?
Jawaban :
Dalam menyucikan benda yang terkena Najis yang Ainiyyah [Najis yang berbenda] -seperti halnya tangan kiri kita sehabis B.A.B – adalah dengan cara menghilangkan semua sifat Najis yang menempel, meliputi rasanya, baunya dan warnanya.
Apabila salah satu dari sifat Najis masih itu ada/ belum hilang, maka hukum benda yang disucikan [dalam hal ini tangan kiri] belum dihukumi suci. Demikan ini apabila di sini tidak terdapat kesulitan dalam menghilangkan semua sifat itu.
Namun apabila sifat najis itu sulit untuk dihilangkan, maka status banda yang disucikan [tangan kiri] adalah sebagaimana berikut :
- Hukumnya Suci : apabila sifat yang tersisa pada benda yang disucikan/ tangan kiri hanya berupa bau atau warnanya saja [salah satunya].
- Hukumnya tetap belum suci : apabila sifat yang tersisa pada benda yang disucikan/ tangan kiri adalah rasa atau bau beserta dengan warnanya [yang keduanya berada dalam 1 tempat]
Batasan sulit dan tidaknya dalam masalah ini adalah apabila sifat najis belum bisa hilang setelah dibasuh dengan digosok sebanyak 3 kali atau setelah dibasuh dengan semisal sabun jika diperlukan, maka demikian sudah dianggap sulit.
Dengan demikian maka hukum tangan kiri yang masih berbau najis setelah B.A.B adalah suci apabila :
- Sulit Dihilangkan.
- Sifat Najis yang masih tersisa hanya berupa bau.
الإقناع ج١ص٣١
ولايضر بقاء لون كلون الدمأ وريح كريح الخمر عسر زواله للمشقة بخلاف ما إذا سهل فيضر بقاؤه فإن بقيا بمحل واحد معا ضر لقوة دلالتهما على بقاء العين
اسنى المطالب ج١ ص١٩
النَّجَاسَةُ إمَّا عَيْنِيَّةٌ، وَهِيَ الَّتِي تَحُسُّ أَوْ حُكْمِيَّةٌ، وَهِيَ بِخِلَافِهَا كَبَوْلٍ جَفَّ، وَلَمْ يُوجَدْ لَهُ أَثَرٌ، وَلَا رِيحٌ، وَقَدْ بَيَّنَ حُكْمَهُمَا فَقَالَ (وَيَطْهُرُ مُتَنَجِّسٌ بِعَيْنِيَّةٍ بِغَسْلٍ مُزِيلٍ لِلطَّعْمِ) ،وَإِنْ عَسُرَ إزَالَتُهُ لِسُهُولَتِهَا غَالِبًا فَأَلْحَقَ بِهِ نَادِرُهَا، وَلِأَنَّ بَقَاءَهُ يَدُلُّ عَلَى بَقَاءِ الْعَيْنِ (وَكَذَا) مُزِيلٌ (لِلَوْنٍ وَرِيحٍ سَهْلَيْنِ فَإِنْ عَسُرَ أَوْبَقِيَا مَعًا) بِمَحْمَلٍ، وَاحِدٍ (لَمْ يَطْهُرْ) أَيْ الْمُتَنَجِّسُ لِقُوَّةِ دَلَالَتِهِمَا عَلَى بَقَاءِ الْعَيْنِ (أَوْ) بَقِيَ أَحَدُهُمَا فَقَطْ (وَلَوْ رِيحًا طَهُرَ) لِلْمَشَقَّةِ (،وَمُزِيلُ الْعَيْنِ غَسْلَةٌ) ،وَاحِدَةٌ (وَإِنْتَعَدَّدَ) الْفِعْلُ
حاشية البجيرمي على المنهج ج١ ص١٠٧
وَضَابِطُ الْعُسْرِ أَنْ لَا يَزُولَ بَعْدَ الْمُبَالَغَةِ بِالْحَتِّ وَالْقَرْضِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَبَعْدَ الْأُشْنَانِ وَالصَّابُونِ إنْ تَوَقَّفَتْ الْإِزَالَةُ عَلَيْهِمَا. وَالْقَرْضُ هُوَا لْحَتُّ بِأَطْرَافِ الْأَصَابِعِ وَضَابِطُ التَّعَذُّرِ أَنْ لَايَزُولَ إلَّا بِالْقَطْعِ .
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id