Pertanyaan : Apakah keburukan-keburukan orang tua ketika masih hidup bisa menyebabkan sengsara dan buruk perangai bagi anak-anaknya ? Artinya anak bisa kena imbas dari keburukan orang tuanya ?
( Sutrisno, Cikarang )
Jawaban :
Sifat buruk orang tua besar kemungkinan akan berimbas kepada anaknya. Karena sifat orang tua membentuk karakter sang anak.
صفوة التفاسير ج ٢ ص ٤١٥
(وَوَصَّيْنَا الإنسان بِوَالِدَيْهِ حُسْناً} أي أمرناه أمراً مؤكداً بالإِحسان إِلى والديه غاية الإِحسان، لأنهما سبب وجوده ولهما عليه غاية الفضل والإِحسان، الوالد بالإِنفاق والوالدة بالإِشفاق قال الصواي: وإِنما أمر الله الأولاد ببر الوالدين دون العكس، لأن الأولاد جُبلوا على القسوة وعدم طاعة الوالدين، فكلفهم الله بما يخالف طبعهم، والآباء مجبولون على الرحمة والشفقة بالأولاد فوكلهم لما جُبلوا عليه.
Dan telah kami wasiatkan kepada manusia agar ia berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Allah telah memerintahkan kepada seorang anak untuk betul-betul berbuat baik kepada orang tuanya.
قال الصاوي: وإِنما أمر الله الأولاد ببر الوالدين دون العكس، لأن الأولاد جُبلوا على القسوة وعدم طاعة الوالدين، فكلفهم الله بما يخالف طبعهم،
Imam asshowi mengatakan, seorang anak sangat dianjurkan untuk bakti kepada orang tuanya bukan kebalikannya. karena pada dasarnya sifat anak terbentuk mempunyai keras hati dan tidak taat kepada orang tuanya. Maka Allah menekankan kepada seorang anak dengan sifat yang berbeda dengan sifat dasarnya.
والآباء مجبولون على الرحمة والشفقة بالأولاد فوكلهم لما جُبلوا عليه.
dan orang tua adalah orang yang diciptakan Allah untuk mempunyai rahmat dan kasih sayang kepada anaknya. Jika orang tua sudah tidak mempunyai kasih sayang kepada anaknya atau mempunyai sifat buruk maka besar kemungkinan anak akan menuruni sifat orang tuanya.
[ Kang Badrudin ]
والله أعلم.
Sifat baik dan buruknya orang tua akan memberikan pengaruh besar terhadap anaknya hal ini seperti yang disebutkan dalam kitab hilyatul awliya’
رقم الحديث: 4803
(حديث مقطوع) حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سُلَيْمَانَ ، ثنا أَبُو بِلالِ الأَشْعَرِيُّ ، ثنا أَبُو هِشَامٍ الصَّنْعَانِيُّ ، ثناعَبْدُ الصَّمَدِ ، قَالَ : سَمِعْتُ وَهْبَ بْنَ مُنَبِّهٍ ، يَقُولُ : إِنَّ الرَّبَّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَالَ فِي بَعْضِ مَا يَعْتِبُ بِهِ بَنِي إِسْرَائِيلَ : ” إِنِّي إِذَا أُطِعْتُ رَضِيتُ ، وَإِذَا رَضِيتُ بَارَكْتَ ، وَلَيْسَ لِبَرَكَتِي نِهَايَةٌ ، وَإِذَا عَصَيْتُ غَضِبْتُ ، وَإِذَا غَضِبْتُ لَعَنْتُ ، وَإِنَّ اللَّعْنَةَ تَبْلُغُ مِنِّي الْوَلَدَ السَّابِعَ ” .
Aku mendengar wahab bin munabbih berkata,”sesungguhnya Allah berfirman disebagian apa yang Allah menegur kepada bani israil,”Sesungguhnya Aku apabila Aku ditaati maka Aku ridho, apabila Aku telah meridhoi maka Aku memberkahi dan keberkahanku tidak ada batasnya, dan Apabila Aku dimaksiati maka Aku murka, Apabila Aku telah murka maka Aku melaknat, Sesungguhnya laknatku sampai ke anak yang ke tujuh”
[ Ali Mustofa ]
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id