Pertanyaan : Ada seseorang yang jarang ke masjid tapi dia membantu pembangunan masjid. Yang perlu saya tanyakan menurut panjenengan amal jariah untuk masjid itu akan membantunya dihari kiamat kah ??
Jawaban:
Infaq ke masjid bagi orang yang tidak pernah ke masjid tetap akan menolongnya di hari kiamat karena masuk dalam sabda rasulullah sallallahu alaihi wasallaam
إذا مات المسلم وفي رواية ابن آدم. انقطع عمله إلا من ثلاث صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح أى مسلم يدعو له وفائدة التقييد به مع أن دعاء الغير ينفعه تحريض الولد على الدعاء لأصله. إعانة الطالبين ٣/١٥٧
tiga amal yang tidak terputus : amal jariyah, ilmu yg bermanfaat dan anak yang soleh / muslim yang mendo’akan.Tapi untuk no 3 tidak khusus anaknya saja / setiap orang islam yang mendoakan pahalanya sampai pada mayit, dalam hadits di atas menyebutkan anak hanya sebagai motivasi pada anak untuk mendo’akan orang tuanya yang meninggal. Dan Jika yang bantu itu orang nasrani apa perlu diterimakah jika untuk pembangunan masjid? atau untuk mbayari tukang saja.
Jawaban:
Jika ada orang kafir lalu ia mentasarufkan hartanya untuk masjid maka diperbolehkan walaupun ia tidak meyakini hal itu untuk pendekatan diri kepada Allah, dan orang itu tidak dianggap muslim walaupun ia mengagungkan masjid. Berbeda dengan muslim yang mentasarufkan hartanya untuk ibadah orang kafir, maka hukumnya tidak sah, karena termasuk mengagungkan ibadah orang kafir.
[Udhin]
حاشية البجيرمي على الخطيب ج٣ ص٢٤٣
قَوْلُهُ: (فَيَصِحُّ مِنْ كَافِرٍ) وَلَوْ لِمَسْجِدٍ وَإِنْ لَمْ يَعْتَقِدْ أَنَّهُ قُرْبَةٌ اعْتِبَارًا بِاعْتِقَادِنَا، وَلَا يُحْكَمُ بِإِسْلَامِهِ لَوْ عَظَّمَ الْمَسْجِدَ بِخِلَافِ الْمُسْلِمِ لَوْ عَظَّمَ الْكَنِيسَةَ فَإِنَّهُ يَرْتَدُّ؛ لِأَنَّ الْكُفْرَ يَحْصُلُ بِمُجَرَّدِ الْعَزْمِ وَالتَّعْظِيمُ لَهَا مِنْ شِعَارِ الْكُفْرِ، بِخِلَافِ الْإِسْلَامِ لَا يَحْصُلُ إلَّا بِالنُّطْقِ بِالشَّهَادَتَيْنِ بِشَرْطِهِمَا اهـ.
وَيَصِحُّ) الْوَقْفُ (عَلَى ذِمِّيٍّ أَوْ مُرْتَدٍّ وَحَرْبِيٍّ وَنَفْسِهِ) مِنْ مُسْلِمٍ أَوْ ذِمِّيٍّ (لَا) عَلَى (مُرْتَدٍّ وَحَرْبِيٍّ وَنَفْسِهِ) أَيْ الْوَاقِفُ (فِي الْأَصَحِّ) فِي الثَّلَاثِ؛ لِأَنَّ الْمُرْتَدَّ وَالْحَرْبِيَّ لَا دَوَامَ لَهُمَا، وَالْوَقْفُ صَدَقَةٌ دَائِمَةٌ، وَهُوَ تَمْلِيكُ مَنْفَعَةٍ فَتَمْلِيكُهَا نَفْسَهُ تَحْصِيلٌ لِلْحَاصِلِ، وَمُقَابِلُ الْأَصَحِّ فِي الْمُرْتَدِّ وَالْحَرْبِيِّ يَقِيسُهُمَا عَلَى الذِّمِّيِّ، وَفِي النَّفْسِ يَقُولُ اسْتِحْقَاقُ الشَّيْءِ وَقْفًا غَيْرُ اسْتِحْقَاقِهِ مِلْكًا، وَمِنْ الْوَقْفِ عَلَى نَفْسِهِ، أَنْ يَشْرِطَ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ ثِمَارِهِ أَوْ يَنْتَفِعَ بِهِ فَفِيهِ الْخِلَافُ.
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id