Pertanyaan : Kebetulan ada orang punya usaha kreditan, Barang yang di jual secara cash / kredit itu harganya sama. Diantara barang yang dijual salah satunya adalah “Emas” dia jual dengan harga terserah dia, akan tetapi mau tidak mau si pembeli harus memberikan surat “Emas” dimana di dalam surat tersebut ada harga toko yang dia beli.
Jawaban:
Saudaraku, jual beli ini diperbolehkan selama harga yang ditentukan jelas, meskipun harga jualnya berbeda dengan harga belinya karena tujuan dari perdagangan adalah memperoleh keuntungan selama pengambilan keuntungan tidak melampaui batas. Jadi misal sang penjual harus memberikan nota pembelian barang yang dulu ia pernah beli berbeda dengan harga yang ia tetapkan kepada calon pembeli.
Sebagaimana disebutkan
وفى يسألونك فى الدين والحياة : 5/285 ما نصه : سؤال : سمعت أن الدين يحرم الربح الفاحش. فما حدود هذا الربح الفاحش ؟ الجواب : قال الله تعالى وأحل الله البيع وحرم الربا. ومعنى ذلك أن التجارة مباحة، بل ورد فى شأنها ما يحث عليها وينوه بشأنها. فجاء الحديث النبوى الذى يقول : تسعة أعشار الرزق فى التجارة. والمقصود من التجارة هو الربح وما دام الدين قد أباح التجارة فإن ذلك يتضمن إباحة المقصود من ورائها وهو الربح. ولكن الدين ينهى عن الربح الفاحش وهو الذى يزيد عن الحد المعروف المألوف بين عامة الناس. وقد اختلفوا فى تقدير هذا الحد. فقال بعضهم : إن الربح غير الفاحش أو الذى لاغبن فيه ولا ظلم هو ما كان فى حدود الثلث. وبعضهم قال : هو ما كان فى حدود السدس. وقال بعضهم : إن الحد المنقول فى ذلك المجال هو ما جرت به العادة. والمراد عادة المسلمين العقلاء المنصفين. إهــ
Dalam kitab “Yasaluunaka fiddiin wal hayaati jus 5 hal 285 disebutkan:
Pertanyaan: aku mendengar bahwasanya agama mengharamkan mengambil keuntungan melampaui batas. Apa batasan keuntungan yang melampaui batas ini?
Jawab:
Allah Ta’ala berfirman:
وأحل الله البيع وحرم الربا
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Maknanya bahwa berdagang hukumnya mubah (boleh), bahkan telah datang riwayat dalam perkara ini, sesuatu yang menganjurkan atas berdagang dan memuji-puji urusan berdagang. Telah datang hadits nabi yang mana beliau pernah berkata 9 dari 10 pintu rezeki itu ada dalam perdagangan. Tujuan dari berdagang adalah mendapat keuntungan dan selama agama masih memperbolehkan perdagangan maka sesungguhnya hal itu terkumpul tujuan yang diperbolehkan dalam berdagang yaitu keuntungan. Akan tetapi agama melarang dari keuntungan yang melampaui batas yaitu melebihi batas standar di mata masyarakat umum. Para ulama’ berbeda pendapat dalam perkiraan batasan ini. Sebagian berpendapat : sesungguhnya keuntungan yang tidak melampaui batas atau yang tidak ada kecurangan dan kedholiman di dalamnya yaitu masih berada dibatasan 1/3. Dan sebagian yang lain berpendapat: yaitu masih dibatasan 1/6, dan sebagian yang lain berpendapat: sesungguhnya batasan yang pernah dinukil dalam perkara inj yaitu yang biasa terjadi sesuai dengan adat masyarakat setempat, maksudnya adat kaum muslimin yang berakal (alim sholeh)
وقال الشرقاوى فى حاشيته على التحرير : 2/27 : باب المرابحة : (بأن يخبر) المشترى (بثمن ما اشتراه ويبيعه) بمثله (بربح) أى مع ربح (درهم لكل عشرة مثلا وهى) أى المرابحة (جائزة) بلاكراهة ويجوز أن يكون الربح من غير جنس الثمن. إهـــ الهامش (قوله جائزة) المراد بالجواز الحل أى حلال بلاكراهة لعموم قوله تعالى : وأحل الله البيع. ومن ثم قيل لعبد الرحمن بن عوف : ما سبب كثرة مالك ؟ فقال : ما كتمت عيبا ولا رددت ربحا. إهــــ
Imam Assyarqowi mengatakan dalam kitab Hasyiyah beliau atas kitab “Attahriir” jus 2 hal 27 di bab Murobahah:
Hendaknya sang pembeli mengkabarkan harga barang waktu ia membeli dan harga barang yang mau ia jual dengan keuntungan 1 dirham di setiap 10 barang misalnya dan hal itu (keuntungan) adalah diperbolehkan dan keuntungan itu boleh dari selain jenis harga.
Makna boleh disini adalah halal karena keumuman firman Allah:
وأحل الله البيع
Allah menghalalkan jual beli
Dan dari sini ditanyakan kepada shahabat Abdurrahman bin Auf:”Apa penyebab banyaknya hartamu? Beliau menjawab: Aku tidak pernah menyembunyikan aib dan aku tidak menolak keuntungan. Wallohu a’lam
[Ali Musthofa bin Saiful Hadi]
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id