Bulan Rajab termasuk salah satu bulan mulia selain Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharam. Keempat bulan tersebut memiliki keutamaan-keutamaan yang tidak dimiliki bulan-bulan lainnya. Salah satu bentukan kata rajab adalah kata tarjib yang berarti “pengagungan”. Rajab disebut pula sebagai “pencurahan”, karena Allah mencurahkan rahmatNya kepada orang-orang yang bertobat pada bulan Rajab dan mengalir cahaya-cahaya penerimaan atas amal seseorang. Rajab diartikan pula dengan “tuli”, karena tidak pernah didengar pada bulan itu nuansa pembunuhan dan peperangan. Konon Rajab merupakan nama sungai di surga, airnya lebih putih dibanding susu, manisnya melebihi manis madu, dinginnya lebih dingin dibanding es. Tidak akan ada yang meminumnya, kecuali orang yang berpuasa pada bulan Rajab.
Rasulullah SAW bersabda, “Rajab adalah bulan Allah, Sya’ban bulanku, dan Ramadhan bulan umatku.”
Khusus pada Bulan Rajab sendiri, pernah terjadi peristiwa-peristiwa besar yang kemudian dicatat dalam sejarah peradaban manusia. Berikut ini kami sajikan secara ringkas tujuh peristiwa besar yang terjadi pada Bulan Rajab.
Pertama, Terjadi peristiwa ajaib yang menggemparkan sejarah umat manusia. Sebab peristiwa ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terjadi sampai hari kiamat, demikian Nabi bersabda. Pada hari Jumat 13 Rajab, 23 tahun sebelum hijrah telah lahir seorang bayi di dalam Ka’bah. Singkat cerita: Fatimah binti Asad, ibunda Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang merupakan seorang wanita sholehah, mukminah dan pengikut agama tauhid, pada suatu hari ia memperoleh ilham dari Allah Swt supaya pergi ke Baitullah untuk bertawaf. Ketika sedang mengelilingi Kabah, tiba-tia ia merasakan sakit akan melahirkan. Lalu Fatimah binti Asad memegang kain penutup Ka’bah sambil bersimpuh ke dindingnya, kemudian berdoa: “Ya Allah, wahai Tuhan Pemilik rumah suci ini, sesungguhnya aku ini seorang wanita yang beriman kepada-Mu. Aku juga beriman kepada agama yang dibawa kakekku Ibrahim a.s., kepada para nabi yang telah Engkau utus serta kitab-kitab suci yang telah Kau turunkan. Ya Allah, demi kemuliaan rumah ini dan demi bayi yang sedang aku kandung ini, maka permudahlah proses kelahiran ini”.
Tiba-tiba suatu keajaiban benar-benar terjadi, seketika terdengar suatu gemuruh karena dinding Ka’bah yang di hadapan Fatimah binti Asad terbelah. Fatimah masuk ke dalam Ka’bah, kemudian dinding Ka’bah yang retak itu tertutup kembali. Abbas bin Abdul Muthalib dan kawan-kawannya yang menyaksikan kejadian itu segera memberitahu suami Fatimah binti Asad, yaitu Abu Thalib. Mereka berusaha membuka pintu dan dinding Kabah, tetapi tidak berhasil. Akhirnya mereka hanya bisa menunggu, sambil berdoa dan berharap cemas. Tiga hari kemudian dinding Ka’bah terbelah lagi, Fatimah binti Asad keluar dengan memangku bayi mungil Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang telah lahir di dalam Ka’bah.
Rasulullah Saww bersabda: “Ada yang aku miliki dan tidak dimiliki Ali, dan ada yang dimiliki Ali namun aku tidak memilikinya. Yang aku miliki dan tidak dimiliki Ali adalah bahwa aku seorang nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah Swt, sedangkan yang dimiliki Ali namun aku tidak memilikinya ialah bahwa ia satu-satunya manusia yang lahir di dalam Kabah”.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang merupakan salah seorang Ahlul Bait Nabi, adalah khalifah keempat yang berkuasa pada tahun 656 sampai 661. Dia termasuk golongan pemeluk Islam pertama dan salah satu sahabat utama Nabi. Secara silsilah, Sayyidina ‘Ali adalah sepupu dari Nabi Muhammad. Pernikahan Sayyidina ‘Ali dengan Sayyidah atimah az-Zahra juga menjadikannya sebagai menantu Nabi Muhammad. beliau lahir di dalam Ka’bah (Baitullah), tumbuh besar dalam buaian dan pangkuan Nabi paling suci yaitu Muhammad Rasulullah Saww, dan pada malam Lailatul Qadr yang suci (19 Ramadhan 40 H) ketika sedang melakukan sujud di Masjid Kufah ia dihantam oleh pedang si manusia paling terkutuk dan paling celaka yang bernama Ibnu Muljam, akhirnya pada malam Lailatul Qadr berikutnya (21 Ramadan 40 H) beliau wafat. Kalimat terakhir yang keluar dari lisannya yang suci ialah: “Fuzhu wa rabbilka’bati.” Sungguh aku telah meraih kemenangan, demi Tuhan pemilik Kabah.
Demikianlah peristiwa besar yang terjadi di bulan Rajab dalam sejarah umat Islam. Umat Islam masih banyak yang tidak tahu terutama tentang tempat kelahiran Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Manusia yang ditakdirkan oleh Allah Swt lahir di dalam Baitullah dari rahim Fatimah binti Asad istri dari Abu Thalib. (kitab Mukasyafat Al Qulub Al Muqarrib min ‘Allam Al ghuyub, bagian enam, Karya Syekh Abu Hamid Muhammad Al Ghazali)
Kedua, Hijrah ke Habsyah (Ethiopia,Afrika). Hijrah ke Habsyah adalah peristiwa besar kedua yang terjadi pada Bulan Rajab. Peristiwa ini terjadi ketika Nabi Muhammad Saw., masih berdakwah di Makkah. Sebagaimana diketahui, kaum kafir Quraisy selalu mengaggu dakwah nabi bahkan tidak segan-segan melakukan penyiksaan terhadap para pengikut nabi. Demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan karena kaum Quraisy semakin bengis melakukan penyiksaan, maka Nabi Muhammad Saw., memerintahkan umatnya untuk hijrah ke Habsyah. Peristiwa ini terjadi pada Bulan Rajab tahun ke-5 kenabian. Wilayah Habasyah saat itu dipimpin oleh seorang Raja yang Arif bernama Raja Najasy. Berkat kebaikan hati Raja Najasy, umat Islam diterima dan dimuliakan di Habsyah.
Ketiga, Isra’ Mi’raj. Peristiwa besar ketiga yang terjadi pada Bulan Rajab adalah peristiwa Isra’ Mi’raj.
Sebuah perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Masjid al-Haram di Makkah menuju Masjid al-Aqsha di Palestina, kemudian naik ke langit ketujuh Sidratul Muntaha dan menghadap Allah Swt sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat al-Isra’ ayat 1.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّه هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 27 Rajab pada masa tahun 10 kenabian Nabi Muhammad Saw. Oleh sebab itu, setiap tanggal 27 rajab, umat islam selalu memperingati Isra’ Mi’raj. Selain sebagai bentuk syukur, juga untuk mengenang sejarah besar umat islam. Dua peristiwa hebat tersebut terjadi hanya dalam satu malam saja. Makanya, banyak yang meragukan peristiwa Isra’ Mi’raj karena secara logika dianggap mustahil. Oleh-oleh Nabi Muhammad Saw, untuk umatnya dari peristiwa Isra’ Mi’raj adalah kewajiban menjalankan shalat lima waktu.
Keempat, Pada bulan rajab juga terjadi peperangan kecil antara utusan Rosulullah SAW yang dipimpin oleh Abdullah bin Jahsy, melawan kelompok dagang kaum Quraisy, yang kemudian menjadi sebuah perang yang disebut dengan perang badr.
Kelima, Perang Tabuk tercatat sebagai peristiwa besar keempat yang terjadi Bulan Rajab. Meskipun menempuh perjalanan yang berat dari Madinah menuju Syam, 30.000 pasukan Muslim tetap melaluinya. Tentara Romawi yang telah berada di Tabuk siap untuk menyerang umat Islam. Tetapi ketika mereka mendengar jumlah dan kekuatan tentara Muslim yang dipimpin oleh Rasulullah mereka terkejut dan bergegas kembali ke Syam untuk menyelamatkan benteng-benteng mereka. Hal ini menyebabkan penaklukan Tabuk menjadi sangat mudah dan dilakukan tanpa perlawanan. Rasulullah SAW menetap di tempat ini selama sebulan. Beliau mengirimkan surat kepada para pemimpin dan gubernur di bawah kendali Romawi untuk membuat perdamaian. Pemimpin daerah Romawi menyetujuinya dan membayar Jizyah. Perang Tabuk ini adalah peperangan antara umat Islam dengan Kekaisaran Romawi. Perang ini terjadi pada tanggal 19 Rajab tahun 9 H. Saat itu, Nabi Muhammad Saw., membawa 30.000 pasukan untuk menghadapi pasukan Romawi di Tabuk (wilayah Syam). Pasukan sebesar dan sebanyak itu kemudian membuat kecut pasukan Romawi. Apalagi, pasukan umat Islam langsung dipimpin oleh Nabi Muhammad Saw. Hal itu membuat pasukan Romawi gentar. Akhirnya mereka mundur meninggalkan Tabuk. Dengan kemunduran pasukan Romawi, maka umat Islam dapat memenangkan peperangan sebelum berperang. Kemenangan atas pasukan Romawi tersebut memperkokoh kedudukan Islam di seluruh Jazirah Arab. Perang ini merupakan perang terakhir yang diikuti oleh Nabi Muhammad Saw.
Keenam, Imam Syafi’i Dilahirkan. Peristiwa selanjutnya yang terjadi pada bulan Rajab adalah lahirnya seorang bayi yang dikemudian hari menjadi ulama besar dan salah satu dari imam empat madzab. Bayi itu dikenal dengan nama Imam Syafi’i. Imam Syafi’i lahir pada Bulan Rajab tahun 150 H. Imam Syafi’i lahir dari keluarga yang bernasab sangat mulia baik dari ayah atau ibunya.
Silsilah dari ayahnya ialah : Al Imam Abi Muhammad bin Idris bi Al Abbas bin Utsman bin Syafi’i bin Sa’ib bin Abdullah bin Abdul Yazid bin Hasyim bin Al Muthollib bin Abdul Manaf bin Qushoyyi Al Mutholliby Al Syafi’i Al Hijaziyyi Al Makiyyi.
Silsilah dari ibunya ialah : Muhammad bin Fatimah binti Abdillah bin Al Hasan bin Ali bin Abi Tholib. Nasabnya muttasil dengan nasab Nabi Muhammad SAW pada kakeknya yang bernama Abdul Manaf. Nasabnya Imam Syafi’i dengan golongan para sahabat Nabi baik dari ayah atau ibunya hanya tiga tingkat. dari ayahnya Imam Syafi’i masih keturunan Bani Muthollib, dari ibunya masih keturunan Bani Hasyim. Bila khusus dari ibunya, Imam Syafi’i katurunan dari Bani Azzah. Imam Syafi’i kemudian menjadi ulama besar dan pendiri madzab Syafi’i. Kitab karangannya yang terkenal adalah ar-Risalah al-Qadimah. Pembebasan Baitul Maqdis Dan Perpindahan Arah Kiblat. (Kitab Hasyiyah Bujairimi Alkhatib, Kifayatul Awam Ibrahim Baijuri)
Ketujuh, Peristiwa besar selanjutnya adalah bebasnya Baitul Maqdis Palestina dari cengkraman Pasukan Salib. Pembebasan Baitul Maqdis yang terletak di Yerussalem Palestina ini dilakukan oleh pahlawan umat Islam bernama Salahuddin Al-Ayyubi. Ia adalah putra dari Najmuddin bin Ayyub dan pendiri Dinasti Ayyubiyah di Mesir. Salahuddin berhasil membebaskan Baitul Maqdis pada bulan Rajab 583 H melalui peperangan heroik bernama Perang Hattin. Selain pembebasan perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha) ke Ka’bah di Makkah, peristiwa ini terjadi pada pertengahan bulan Rajab, setelah Rasulullah Saw hijrah ke Madinah. Adapun hikmah dari perpindahan arah kiblat adalah untuk menguji keimanan umat islam dalam beribadah kepada Allah SWT.
Kedelapan, pembebasan Kota Damaskus dari kekuasaan bangsa romawi. Pada bulan Rajab, tepatnya pada tahun 14 H/635 M. pasukan umat Islam dibawah komando panglima Abu Ubaidah bin al-Jarrah dan Khalid bin al-Walid, berhasil menaklukan kota Damaskus dan menguasainya. Setahun setelah terjadinya pembebasan kota Damaskus, terjadi peperangan Yarmuk di bawah komando Khalid bin al-Walid yang terjadi pada hari senin di bulan Rajab, pada tahun 15 H/636 M. Terjadinya pembebasan kota Hirrah di Irak di bulan Rajab, yang dilakukan oleh Khalid bin al-Walid. Sebagaimana yang dijelaskan Ibnu Katsir dalam Bidayah wa an-Nihayahnya.
Kesembilan, Berabad-abad kemudian, tepatnya pada 1924 M, bulan Rajab kembali menuliskan sejarah bagi umat Islam. Namun kali ini, tidak seperti peristiwa sebelumnya.Runtuhnya Turki Utsmani. Peristiwa besar terakhir yang dicatat sejarah terjadi pada Bulan Rajab adalah runtuhnya Kekhalifahan Turki Utsmani. Adalah Mustafa Kemal At-Tartuk yang menghapus sistem kekhalifahan Turki Utsmani dan mengubahnya menjadi negara sekuler. Turki Utsmani sendiri merupakan salah satu kekhalifahan besar yang pernah ada dalam sejarah umat Islam selain Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah.
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id