Bagaimana Cara Malaikat Jibril Menurunkan Wahyu?
Malaikat Jibril ‘alaihissalam adalah malaikat yang agung, utusan yang mulia, malaikat yang dekat di sisi Allah ta’ala, dan terpercaya atas amanat wahyu. Ia adalah duta kepada seluruh para Nabi, juga merupakan utusan Allah untuk menghancurkan umat para Nabi yang durhaka terhadapnya. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang malaikat Jibril di dalam al-Qur’anul Karim sebagai malaikat yang kuat dan terpercaya, kedudukannya agung dan dekat di sisi Allah. Dikabarkan pula bahwa para malaikat di atas langit taat kepada malaikat Jibril, ia juga menolong hamba-hamba Allah dari golongan para Nabi ‘alaihimus-salam. Malaikat Jibril dijuluki dengan Ruh Qudus dan Ruh Amin. Allah mengistimewakan malaikat Jibril di antara para Malaikatul-Muqarrabin untuk menyampaikan wahyu Allah.
Dikisahkan ketika Allah ta’ala menurunkan ayat tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam :
وَ مَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ ١٠٧
Artinya : “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam” (Q.S. al-Anbiya’ : 107).
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada malaikat Jibril : “Apakah engkau mendapat bagian dari rahmat ini ?”. Malaikat Jibril menjawab : “Iya, dahulu aku takut terhadap nasibku nanti. Kemudian aku merasa aman karena pujian Allah ‘azza wa jalla terhadapku di dalam firman-Nya :
ذِيْ قُوّةٍّ عِنْدَ ذِيْ الْعَرْشِ مَكِيْن ٢٠ مُّطَاعٍ ثَمَّ أَمِين ٢١
Artinya : “Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy, yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya” (Q.S at-Takwir : 20 – 21).
Allah subhanahu wa ta’ala mensifatkan malaikat Jibirl dengan al-Quds (suci), karena ia bersih dari perbuatan dosa. Ia juga dijuluki ar-Ruh, karena jasanya dan kedudukannya dalam menyampaikan wahyu, yang mana itu menjadi sebab hidupnya hati manusia.
Adapun jumlah malaikat Jibril turun bertemu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat beberapa riwayat di dalam kitab sejarah, yang kesimpulannya : Malaikat Jibril turun sebanyak 26.000 kali, dan jumlah ini tidak pernah tercapai pada Nabi-Nabi sebelumnya. Wallahu A’lam.
Sedangkan cara malaikat Jibril bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah dijelaskan pada Shahih al-Bukhari, dari Aisyah radhiyallahu ‘anha : Al-Harits bin Hisyam radhiyallahu ‘anhu bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Wahai Rasulullah, bagaimana wahyu diturunkan kepadamu?”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Terkadang datang kepadaku seperti bunyi lonceng, dan itulah yang paling berat bagiku. Kemudian bunyi itu berhenti dan aku mengerti apa yang disampaikan. Terkadang pula malaikat itu menjelma seperti seorang lelaki, lalu berbicara kepadaku hingga aku memahami yang disampaikan”.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata : “Sungguh aku melihatnya (Nabi Muhammad) turun kepadanya wahyu di hari yang sangat dingin, lalu wajahnya memucat dan dari kening Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bercucuran air keringat”.
Di dalam Hadits Shahih diriwayatkan pula : Seorang lelaki datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di antara para shahabatnya. Kemudian ia berbicara kepada Nabi dalam bentuk seorang yang bertanya dan meminta fatwa. Terkadang ia menyerupai Dihyah bin Khalifah al-Kalbi atau selainnya, dan Dihyah itu adalah seorang lelaki yang rupawan”.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat malaikat Jibril dalam rupanya yang asli sebagaimana diciptakan Allah (yaitu malaikat yang memiliki 600 sayap) hanya sebanyak 2 kali : Di bumi sekali dari arah cakrawala tertinggi, yaitu arah timur ketika terbit matahari ; dan di langit sekali ketika berada di Sidratul-Muntaha sebagaimana yang disebutkan dalam Surat an-Najm. Malaikat Jibril tidak pernah menampakkan sosok aslinya kepada para Nabi ‘alaihimussalam terkecuali Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sesekali pula wahyu turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam tidurnya. Terkadang pula wahyu turun berupa lintasan kalam di dalam hati Nabi. Dalam kesempatan lain pula, Allah ta’ala berbicara kepada Nabi dari balik hijab, baik di dalam kesadaran Nabi maupun di dalam tidurnya.
Referensi :
(Yahya bin Abu Bakar al-‘Amiri, Bahjatul Mahafil wa Bughyatul Amatsil : hlm. 76 – 77)
oleh Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf ( staf pengajar pondok pesantren RIyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id