بسم الله الرحمن الرحيم
Para ulama’ menyebutkan kisah singkat tentang sebab Sayyid Ahmad Al-Marzuqi menadzomkan Nadzom Aqidatul ‘Awam yaitu sebegai berikut:
Pernah suatu saat beliau bermimpi bertemu dengan baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para sahabatnya yang sedang berdiri disekeling beliau, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada beliau: “Bacalah Nadzom tentang Tauhid yang barang siapa menghafalnya maka akan masuk surga, dan mendapatkan setiap kebaikan yang dituju yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadist”. Maka beliau bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Nadzom apakah itu wahai Rasulullah ?”. Para sahabat pun mengatakan: “Dengarkan apa yang disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka Rasulullah bersabda: “Ucapkanlah
“أَبـْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ وَالـرَّحْـمَنِ”.
Beliau pun mengikuti apa yang dituntunkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau meneruskan sampai akhir yaitu pada Nadzom
“وَصُحُـفُ الْـخَـلِيْلِ وَالْكَلِيْـمِ ۞ فِيْـهَـا كَلاَمُ الْـحَـكَمِ الْعَلِيْـمِ”
Sedangkan Rasulullah mendengarkan apa yang beliau nadzomkan, lalu saat beliau terbangun dari tidurnya beliau pun mengulangi apa yang dilihat dalam mimpinya, beliau pun telah hafal dalam benaknya dari awal nadzom sampai akhir, lalu berlanjut ketika mendekati waktu Subuh beliau bermimpi kedua kalinya bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada beliau: “Bacalah apa yang ada dibenakmu!”. Maka beliaupun membaca seluruhnya dihadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan para sahabat yang ada di sekeliling Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan: “Âmin” setelah setiap bait nadzom yang dibaca. Maka setelah beliau selesai membaca Rasulullah pun mendo’akan beliau dengan do’a: “Semoga Allah memberimu taufiq untuk melakukan hal-hal Allah ridhoi, menerima amalmu dalam membuat bait nadzhom, memberikan keberkahan kepadamu dan seluruh orang mukmin, dan memberikannya manfaat kepada seluruh hamba-Nya, Âmin”.
Lalu ketika nadzom itu sudah dikenal oleh banyak orang, beliau ditanya mengenai hal itu, maka beliau menjelaskan, lalu beliau menambah Nadzom
وَكُـلُّ مَـا أَتَى بِهِ الـرَّسُـوْلُ ۞ فَحَـقُّـهُ الـتَّـسْـلِـيْمُ وَالْقَبُوْلُ
Sampai akhir kitab. Wallahu A’lam
Muqoddimah Kitab
أَبـْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ وَالـرَّحْـمَنِ ۞ وَبِـالـرَّحِـيـْمِ دَائِـمِ اْلإِحْـسَانِ
Saya memulai dengan nama Allah, Dzat Yang Maha Pengasih, dan Maha Penyayang Yang Senatiasa Memberikan Kenikmatan Tiada Putusnya
- Syarh / Penjelasan:
Setiap segala sesuatu yang baik sepatutnya dimulai dengan bacaan Basmalah karena dalam hadist Marfu’ yang diriwayatkan oleh Al-Khotib dari sahabat Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: “Setiap perkara yang diperhatikan agama, tapi tidak dimulai dengan bacaan Bismillahirrahmanirrahim, maka perkara tersebut terpotong”. Para ulama’ menafsiri makna terpotong dengan berbagai arti, diantara maknanya adalah sedikit barokah dan kebaikan di dalamnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam membuka awal surat-surat yang dikirimkan kepada para raja, beliau mengawalinya dengan basmalah, sebagaimana yang diriwayatkan mengenai surat Beliau kepada raja Heraclius dan para raja lainnya. Al-Qur’an pun dalam urutan mushaf, dimulai dengan Basmalah.
As-Sayyid Ahmad Al-Marzuqi memulai nadzhom nya dengan membaca basmalah karena mengikuti sunnah baik dari sabda atau amaliah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan tujuan agar apa yang beliau nadzomkan mendapat limpahan Rahmat dari Dzat yang luas rahmat-Nya, dan mendapatkan ni’mat, pemberian yang tidak terputus dan tidak ada hentinya.
Di dalam bacaan Basmalah ada dua nama Allah yang sangat fenomenal yaitu Ar-Rahmân dan Ar-Rahîm, secara bahasa arti keduanya adalah Dzat Yang Maha Pengasih juga Penyayang, namun para ulama’ dalam kitab-kitab mereka menjelasakan bahwa ada perbedaan antara keduanya, diantaranya :
- – Ar-Rahmân: Dzat yang memberikan keni’matan besar dan inti, seperti contoh: Iman kepada Allah, Kesehatan, rizki, pendengaran, penglihatan, dll.
- – Ar-Rahîm: Dzat yang memberikan keni’matan sekunder atau tambahan, seperti contoh: Iman yang kuat, rizki yang melimpah, akal yang sangat cerdas, penglihatan dan pendengaran yang tajam, dll.
Wallahu A’lam Bisshowab.
Referensi:
Nur al-Dhalam Syarh Mandhumat ‘Aqidat al-‘Awam oleh Syeikh Muhammad Nawawi Banten
Afham Syarh Aqidatul Awam oleh As-Sayyid Muhmmad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani
Ditulis oleh: Miftah Farid (Santri aktif Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id