وَبَـعْـدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوْبِ الْمـــَعْرِفَـهْ ۞ مِنْ وَاجِــبٍ للهِ عِـشْرِيْنَ صِفَـهْ
Dan setelah (pembukaan di depan) maka ketahuilah dengan yakin bahwa Allah itu mempunyai 20 sifat wajib.
فَـاللهُ مَـوْجُـوْدٌ قَـدِيْمٌ بَاقِـي ۞ مُخَـالِـفٌ لِلْـخَـلْقِ بِاْلإِطْـلاَقِ
Alloh itu Ada, Qodim, Baqi dan berbeda dengan makhluk-Nya secara mutlaq.
Syarah / Keterangan :
Wajib hukumnya bagi setiap orang yang sudah mukallaf untuk mengenal Allah subhanahu wata’ala dengan cara mengetahui sifat wajib, sifat mustahil, dan sifat wajib bagi Allah subhanahu wata’ala, serta menyakini bahwa Allah memiliki seluruh sifat kesempurnaan yang sesuai dengan keagungan-Nya, dan kosong dari seluruh sifat kekurangan.
– Definisi 3 sifat :
- Sifat wajib adalah sifat yang tidak bisa tergambar dan terbayang dalam akal ketidak adanya.
Maknanya, sifat wajib adalah sifat yang pasti ada pada Allah, tidak mungkin Allah tidak memilikinya, seperti sifat wujud (ada), qidam dan seterusnya. - Sifat mustahil adalah sifat yang tidak tergambar dan terbanyang dalam akal adanya.
Maknanya, sifat mustahil adalah sifat yang pasti tidak ada pada Allah, tidak mungkin Allah memilikinya seperti sifat ‘adam (tidak ada), hudust (baru adanya) dan seterusnya. - Sifat ja’iz adalah sifat yang bisa tergambar dan terbanyang dalam akal adanya dan tidak adanya.
Maknanya, sifat ja’iz adalah sifat hak prerogatif Allah, seperti dalam hal menciptakan sesuatu, terserah Allah akan menciptakan atau tidak menciptakan.
Faedah:
Seseorang dianggap mengenal Allah adalah ketika dia menyakini adanya Allah dengan perantara dalil. Bagi orang yang menyakini adanya Allah dengan perantara ucapan orang lain dengan tanpa dia mengetahui dalilnya maka disebut dengan orang yang hanya mengikuti dalam keyakinannya (Muqollid).
Sedangkan bagi seorang murid yang menyakini adanya Allah dengan petunjuk dari gurunya tentang dalil-dalilnya maka orang tersebut tetap disebut orang yang mengenal Allah, bukan orang yang hanya mengikuti dalam keyakinannya.
Para ulama’ berbeda pendapat mengenai orang yang Muqollid dalam keimanannya/ keyakinannya, pendapat yang dikuatkan oleh para ulama’ adalah diperinci sebagai berikut:
- Bagi orang yang mampu untuk meneliti dalil/ berfikir, maka imannya tetap dianggap, akan tetapi berdosa, karena meninggalkan hal yang wajib yaitu mengetahui dalilnya.
- Bagi orang yang tidak bisa meneliti dalil/ berfikir, maka imannya tetap dianggap, tanpa berdosa. Yang pada intinya pendapat paling kuat adalah imannya seorang muqollid tetap dianggap, akan tetapi apabila dia mampu mencari dalil, wajib hukumnya untuk mengetahui dalilnya.
Para Ulama’ telah menyebutkan Sifat wajib Allah 20 beserta dalilnya sebagai berikut:
1. Wujud
Dalam arti, tetapnya Allah dan nyata keberadaannya adalah hal pasti bagi-Nya, dan keberadaan Allah adalah memang karena dzatnya. Dalilnya secara akal sehat adalah keberadaan makhluk, karena seandainya tidak ada Allah maka pasti tidak ada makhluk.
Diceritakan suatu saat ada seorang arab badui ditanya mengenai dalil adanya Allah, maka dia menjawab: “adanya kotoran menunjukkan adanya onta, adanya kotoran keledai menunjukan adanya keledai, adanya jejak kaki menunjukkan adanya perjalanan, maka adanya langit yang memiliki bintang, bumi yang memiki hamparan, dan laut yang memiliki ombaknya, apakah itu semua tidak menunjukkan adanya Allah sang Maha Bijaksana, Maha Kuasa, dan Maha mengetahui ?
Dalil bahwa Allah ada adalah firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Thoha ayat 14:
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
Artinya: Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
Dalam surat Ar-Rum ayat 8, Allah berfirman:
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُواْ فِىٓ أَنفُسِهِم ۗ مَّا خَلَقَ ٱللَّهُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَآ إِلَّا بِٱلْحَقِّ وَأَجَلٍۢ مُّسَمًّى ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِّنَ ٱلنَّاسِ بِلِقَآئِ رَبِّهِمْ لَكَٰفِرُونَ
Artinya: “Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka ? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan pertemuan dengan Tuhannya”.
2. Qidam
Dalam arti, tidak awal untuk wujudnya Allah, tidak didahului oleh sesuatu apapun.
Allah berfirman dalam surat Al-Hadid ayat 3:
هُوَ الْاَوَّلُ وَالْاٰخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ ۚ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ
Artinya: “Dialah Yang Awal, Yang Akhir, Yang Zahir dan Yang Batin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”.
3. Baqo’
Dalam arti, tidak ada akhir untuk wujudnya Allah, akan selalu ada tanpa ada ujungnya.
Allah berfirman dalam surat Ar-Rahman ayat 27:
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ. وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَام
Artinya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan”.
4. Mukholafatu lilhawadîsti
Dalam arti, tidak sama dengan makhluqnya, sehingga apapun yang pernah kita lihat, banyangkan dalam benak kita, maka Allah tidak seperti itu. Allah berfirman dalam surat As-Syuro ayat 11:
لَيْسَ كَمِثْلِهٖ شَيْءٌ ۚوَهُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ.
Artinya: “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat”.
Kesimpulannya :
Pada Nadhom ini beliau menjelaskan kepada kita bahwa, kita wajib mengenal Allah, dengan cara kita mengenal atau mengetahui sifat-sifat nya Allah beserta dalil-dalilnya. Pada nadzom kali ini kita telah mempelajari 4 wajib sifat Allah beserta dalil-dalil nya dari Al-qur’an. Inilah yang disebutkan dan jelaskan oleh para Ulama’ dalam karya-karya mereka. Wallahu a’lam.
Referensi:
- Jalaul Afham, karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani
- Nur Adzolam, karya Syekh Nawawi Al-Bantani
- Hasyiyah Showi Ala Jauharoh At-Tauhid, karya Syekh Ahmad bin Muhammad As-Showi.
Ditulis oleh: Miftah Farid (Santri aktif Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id