وَقَـائِمٌ غَـنِـيْ وَوَاحِـدٌ وَحَيّ ۞ قَـادِرٌ مُـرِيـْدٌ عَـالِمٌ بِكُلِّ شَيْ
Dialah Allah Dzat yang tidak butuh kepada apapun dan siapapun, Maha Kaya, Maha Esa, Maha Hidup, Maha Kuasa, Maha Menghendaki, Maha Mengetahui mengenai segala sesuatu.
سَـمِـيْعٌ الْبَـصِيْـرُ والْمُتَكَلِـمُ ۞ لَهُ صِفَـاتٌ سَـبْـعَـةٌ تَـنْـتَظِمُ
Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Berfirman, Dialah Allah Dzat yang mempunyai 7 sifat yang ternadzhomkan (dibawah ini)
فَـقُـدْرَةٌ إِرَادَةٌ سَـمْـعٌ بَصَـرْ ۞ حَـيَـاةٌ الْـعِلْـمُ كَلاَمٌ اسْـتَمَرْ
7 sifat yaitu: Berkuasa, Menghendaki, Mendengar, Melihat, Hidup, Mempunyai Ilmu, Berfirman.
Penjelasan / Syarah :
Nadzhom ini melanjutkan sebelumnya mengenai sifat wajib Allah yang ada 20, sampai pada sifat yang selanjutnya sebagai berikut:
5. Qiyamuhu Binafsihi:
Dalam arti, Allah tidak butuh tempat untuk ditempati, tidak pula butuh pada pencipta yang menciptakan-Nya, Allah tidak butuh pada hal lain selain Allah. Allah berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 6:
إِنَّ اللهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعَالَمِينَ
Artinya: “sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
6. Wahdaniyyah:
Dalam arti, Allah tidak berbilang, tidak berjumalah, baik secara dzat, sifat, ataupun berbuatan.
- Esa dalam dzat: Sesungguhnya Dzat Allah tidak tersusun dari beberapa bagian, dan tidak ada dzat lain yang menyerupai Dzat Allah.
- Esa dalam sifat: Sesungguhnya tidak ada apapun dan siapapun memiliki sifat seperti sifat Allah, dan Allah tidak memiliki 2 sifat yang sama, semisal memiliki 2 sifat Qudroh (mampu).
- Esa dalam perbuatan: Sesungguhnya tidak ada apapun dan siapapun memiliki perbuatan yang sama dengan perbuatan Allah. Dialah Allah dzat pencipta segala sesuatu, pencipta tanpa tanpa ada contoh, dzat yang Esa dalam menciptakan.
Allah berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 4:
سُبْحَٰنَهُۥ ۖ هُوَ ٱللَّهُ ٱلْوَٰحِدُ ٱلْقَهَّارُ
Artinya: “Maha Suci Allah. Dialah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan”.
Allah berfirman dalam surat Al-Ikhlas ayat 1:
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa”.
7. Qudroh: adalah sifat yang lampau tak ada awalnya yang ada dalam dzat Allah. Dengan sifat inilah Dia menciptakan dan meniadakan.
Allah berfirman dalam surat An-Nur ayat 45:
إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
8. Irodah: adalah sifat yang lampau tak ada awalnya yang ada dalam dzat Allah, Dia mengatur alam semesta ini dengan kehendak mutlak-Nya dan hikmah-Nya, semisal Allah berkehendak menciptakan sesuatu yang panjang, pendek, orang pandai, atau bodoh.
Allah berfirman dalam surat As-Sura ayat 49 – 50:
لِله مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ ۚ يَهَبُ لِمَن يَشَآءُ إِنَٰثًا وَيَهَبُ لِمَن يَشَآءُ ٱلذُّكُورَ
Artinya: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki”.
أَوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَٰثًا ۖ وَيَجْعَلُ مَن يَشَآءُ عَقِيمًا ۚ إِنَّهُۥ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
Artinya: “atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa”.
9. Ilmu: adalah sifat yang lampau tak ada awalnya yang ada dalam dzat Allah, dengan sifat inilah Allah mengetahui segala sesuatu.
Allah berfirman dalam surat Al-Mujadalah ayat 7:
إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌ
Artinya: “Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu”.
Allah berfirman dalam surat At-Tholaq ayat 12:
وَأَنَّ ٱللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَىْءٍ عِلْمًۢا
Artinya: “Dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”.
10. Hayat : adalah sifat yang lampau tak ada awalnya, pada dzat Allah, sifat inilah yang memastikan adanya sifat-sifat wajib Allah yang lain, seperti Qudroh, Irodah, Ilmu, Sama’, Bashor, Kalam.
Allah berfirman dalam surat Al-Furqon ayat 58:
وَتَوَكَّلْ عَلَى ٱلْحَىِّ ٱلَّذِى لَا يَمُوتُ
Artinya: “Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati”.
11 & 12. Sama’ & Bashor: adalah 2 sifat yang lampau tak ada awalnya yang ada dalam dzat Allah, dengan 2 sifat inilah tersingkap segala sesuatu, Allah mendengar dan melihat segala sesuatu, bahkan mendengar langkah kaki semut hitam yang berjalan diatas batu hitam pada malam hari yang sangat gelap.
Allah berfirman dalam surat Al-Mujadalah ayat 1:
قَدْ سَمِعَ ٱللَّهُ قَوْلَ ٱلَّتِى تُجَٰدِلُكَ فِى زَوْجِهَا وَتَشْتَكِىٓ إِلَى ٱللَّهِ وَٱللَّهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَآ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ سَمِيعٌۢ بَصِيرٌ
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
13. Kalam: adalah sifat yang lampau tak ada awalnya yang ada dalam dzat Allah, bukan dalam bentuk huruf, ataupun suara.
Allah berfirman dalam surat An-nisa’ ayat 164:
وَكَلَّمَ ٱللَّهُ مُوسَىٰ تَكْلِيمًا
Artinya: “Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”.
Dalam surat As-Syura ayat 51 Allah berfirman:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُكَلِّمَهُ ٱللَّهُ إِلَّا وَحْيًا
Artinya: “Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah benbincang dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu”.
Apabila sudah kita ketahui bahwa Allah memiliki sifat Qudroh (mampu), Irodah (berkehendak), Ilmu (mengetahui), Hayah (hidup), Sama’ (mendengar), Bashor (melihat), dan Kalam (berfirman), maka pasti secara otomatis Allah adalah dzat yang bersifat dengan 7 sifat diatas, sebagai berikut:
14. Dzat yang Maha Kuasa (Qôdiron)
15. Dzat yang Maha Berkehendak (Murîdan)
16. Dzat yang Maha Mengetahui (‘Âliman)
17. Dzat yang Maha Hidup (Hayyan)
18. Dzat yang Maha Mendengar (Samî’an)
19. Dzat yang Maha Melihat (Basyîron)
20. Dzat yang Maha Berfirman (Mutakalliman).
Maka dengan ini sempurnalah jumlah 20 dari sifat wajibnya Allah Subhanahu wata’ala. Wallahu A’lam
Referensi:
- Jalaul Afham, karya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani
- Nur Adzolam, karya Syekh Nawawi Al-Bantani
- Hasyiyah Showi Ala Jauharoh At-Tauhid, karya Syekh Ahmad bin Muhammad As-Showi.
Ditulis oleh: Miftah Farid (Santri Aktif Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id