Hadits ke-9 tentang Orang yang paling pelit
الحمد لله الذي علم بالقلم علم الإنسان ما لم يعلم الحمد لله الذي خلق الإنسان علمه البيان والصلاة والسلام على الذي لا ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى أما بعد.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “البخيلُ الَّذي مَن ذُكِرتُ عندَهُ فلم يصلِّ عليَّ” (رواه الإمام أحمد)
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda, “Orang yang sangat pelit adalah orang yang ketika namaku disebut di sampingnya, ia tidak mau bershalawat kepadaku” (HR. Imam Ahmad)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menganjurkan kepada orang-orang yang beriman untuk bersholawat dan salam kepada Beliau Shallallahu’Alaihi Wasallam, sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat al-Ahzab ayat 56:
{إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا} [الأحزاب: 56]؛
Artinya: Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya. (QS. al-Ahzab 56)
Sholawat serta salam kepada Baginda Nabi termasuk perkara-perkara yang sangat penting yang selayaknya setiap orang beriman untuk selalu memperhatikan serta menjaganya baik saat mengawali khutbah nasihatnya atau saat mendengar Nama Baginda Nabi disebutkan di sisinya, sehingga dia bukan termasuk orang-orang sangat pelit.
Sebagaimana yang disabdakan Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam dalam hadits ini:
“البخيلُ”، أي: الكامِلُ في بُخلِه “الَّذي مَن ذُكِرتُ عِندَه فلم يُصلِّ علَيَّ”،
Orang yang paling pelit adalah seseorang yang Nama-ku disebut di sisinya Maka ia tidak bershalawat (enggan bershalawat) kepadaku. Maksudnya adalah ketika Baginda Nabi disebutkan di satu majelis atau satu tempat dan orang berada di majelis tersebut ia tidak segera bershalawat kepada Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. Maka orang ini adalah orang kikir yang sebenarnya.
Sholawat atas Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam yang diucapkan oleh seorang hamba merupakan bentuk seruan Allah dan harapan pujian Allah kepada Baginda Nabi, penghormatan serta penyebutan dzikir Allah kepada Baginda Nabi, permohonan kepada Allah untuk meninggikan penyebutan Nama Baginda Nabi, penambahan kecintaan dan kedekatan Allah kepada Nabi. Dan bacaan sholawat hamba itu meliputi secara menyeluruh atas pujian pengagungan kepada Allah.
Jadi seakan-akan Orang yang membaca sholawat itu ia sedang memohon kepada Allah supaya Allah menambah kemulian dan keluhuran kepada Baginda Nabi sebagaimana bahwa dalam bacaan sholawat terkandung maksud pengagungan Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam di alam dunia dengan meninggikan penyebutan Nama Beliau Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, dengan memunculkan Agama Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, dengan melestarikan syariat yang dibawa oleh Nabi. Dan di dalam Akhirat dengan melimpahkan pahala kepada Beliau, melimpahkan syafaat kepada Nabi atas umatnya serta menunjukkan keutamaan Beliau dengan Al-Maqom Al-Mahmud. Dan sholawat yang diucapkan seorang hamba itu meliputi makna itu semua disisi lain Allah juga akan mencurahkan pahala besar kepadanya (orang yang bersholawat kepada Nabi) serta Allah akan memenuhi serta mengabulkan segala harapannya (orang yang bersholawat kepada Nabi) dan Allah juga akan meninggikan kedudukannya (orang yang bersholawat kepada Nabi) di Surga kelak.
Hadits di atas juga menjelaskan kepada kita bahwa orang yang sangat kikir adalah orang yang enggan bershalawat kepada Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam saat Nama Beliau disebut di sisinya sebab orang ini telah kikir kepada dirinya sendiri disaat ia mengharamkan dirinya untuk mendapatkan sepuluh kali curahan sholawat dari Allah kepada dirinya atau hal ini juga menandakan ia enggan untuk mendapatkan balasan yang sempurna dari Allah. Orang seperti ini seperti seseorang yang membenci sifat kedermawanan sehingga ia tidak suka jika dirinya memperoleh kedermawanan (kebaikan) dari yang lainnya. Dan merupakan Paling buruknya sifat kikir sehingga tidak ada kebaikan sedikit pun dalam diri orang ini kecuali hanya kalimat syahadat.
Dahulu Imam Hasan Al Basri ketika Beliau mengingat hadits tentang pelepah kurma yang merintih menangis karena rindu kepada Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, maka Beliau imam Hasan Al Basri berkata, “Wahai kaum Muslimin sebatang kayu merintih rindu kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam. Tidakkah orang-orang yang berharap bertemu dengan Beliau itu lebih layak untuk rindu kepada Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam. Ketahuilah bahwasanya hati yang tidak pernah merasakan rintihan rindu untuk bertemu dengan Beliau Baginda Nabi serta tidak tergerak untuk bershalawat dan salam kepada Beliau Baginda Nabi, tentunya hati yang demikian adalah hati yang telah putus dari kebenaran iman kepada Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam.”
Ketahuilah, hati orang-orang yang beriman itu akan selalu bergemuruh rindu disaat Nama Beliau Baginda Nabi disebutkan di sisinya.
Telah datang satu riwayat bahwasanya Sayyidah Aisyah disaat Beliau menjahit baju di waktu Fajar, tiba-tiba lampu mati dan jarum jatuh dari tangan Beliau kemudian Sayyidah Aisyah mencari jarum tersebut dengan cara meraba-raba. Kemudian tibalah Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam, ketika Rasulullah membuka tirai penutup pintu rumah maka nampak cahaya bersinar dari wajah Beliau Baginda Nabi sehingga Sayyidah Aisyah bisa melihat jarum yang jatuh tadi dan mengambilnya kembali seraya Sayyidah Aisyah berkata, “Alangkah terangnya wajahmu ya Rasulullah! sejak tadi aku mencari jarum jahit yang jatuh tidak menemukannya, disaat terpancar cahaya yang berasal dari Wajahmu, aku bisa melihat jarum tersebut dan mengambilnya.” Kemudian Rasulullah bersabda:
الويل لمن لا يراني يوم القيامة يا عائشة
Alangkah meruginya orang yang tidak bisa memandang aku kelak di hari Kiamat wahai Aisyah.
Kemudian Sayyidah Aisyah bertanya, “Siapa yang tidak akan bisa memandangmu di hari kiamat Ya Rasulullah?
Beliau menjawab: “Orang yang tidak bisa memandang aku kelak di hari Kiamat adalah orang yang enggan bershalawat kepadaku saat Nama-ku disebut di sisinya.”
“Orang yang tidak bisa memandang aku (Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam) kelak di hari Kiamat adalah orang yang enggan bershalawat kepadaku saat Nama-ku disebut di sisinya.”
Dalam kitab “Az-Zawajir” disebutkan tentang termasuk jajaran dosa besar adalah tidak mau bersholawat kepada Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam saat Nama Beliau disebut di sisinya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat imam al-Hakim:
عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ: «احْضَرُوا الْمِنْبَرَ».
فَحَضَرْنَا فَلَمَّا ارْتَقَى دَرَجَةً قَالَ: «آمِينَ»، فَلَمَّا ارْتَقَى الدَّرَجَةَ الثَّانِيَةَ قَالَ: «آمِينَ»، فَلَمَّا ارْتَقَى الدَّرَجَةَ الثَّالِثَةَ قَالَ: «آمِينَ».
فَلَمَّا نَزَلَ قُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ، لَقَدْ سَمِعْنَا مِنْكَ الْيَوْمَ شَيْئَاً مَا كُنَّا نَسْمَعُهُ؟
قَالَ: «إِنَّ جِبْرِيلَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَرَضَ لِي فَقَالَ: بُعْدَاً لِمَنْ أَدْرَكَ رَمَضَانَ فَلَمْ يَغْفَرْ لَهُ قُلْتُ: آمِينَ؛ فَلَمَّا رَقِيتُ الثَّانِيَةَ قَالَ: بُعْدَاً لِمَنْ ذُكِرْتَ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيْكَ قُلْتُ: آمِينَ؛ فَلَمَّا رَقِيتُ الثَّالِثَةَ قَالَ: بُعْدَاً لِمَنْ أَدْرَكَ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ عِنْدَهُ أَوْ أَحَدُهُمَا فَلَمْ يُدْخِلَاهُ الْجَنَّةَ قُلْتُ: آمِينَ». (رواه الحاكم)
Dari Ka’ab bin ‘Ajrah, ia berkata: Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam berkata: “Hadirlah kamu semua ke mimbar”.
Maka kami pun hadir. Ketika Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam naik ke anak tangga pertama, Beliau mengatakan: “Amin”.
Ketika naik ke anak tangga kedua, Beliau mengatakan: “Amin”.
Ketika naik ke anak tangga ketiga, Beliau mengatakan: “Amin”.
Ketika Beliau turun, kami bertanya: “Wahai Rasulullah, kami telah mendengar sesuatu hari ini yang tidak pernah kami dengar sebelumnya”.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya Jibril menawarkan kepadaku, ia berkata:
“Celakalah orang yang bertemu dengan Ramadhan, akan tetapi ia tidak diampuni.
Maka aku katakan: “Amin”.
Ketika aku naik ke anak tangga kedua, ia berkata: “Celakalah orang yang ketika namamu disebut, ia tidak bershalawat kepadamu”. Aku katakan: “Amin”.
Ketika aku naik ke anak tangga ketiga, ia berkata: “Celakalah orang yang kedua orang tuanya sampai usia lanjut bersamanya, atau salah satu dari mereka, akan tetapi itu tidak membuatnya masuk surga”.
Maka aku katakan: “Amin”.
Dari hadits ini ada beberapa poin penting yang bisa diambil:
- Meninggalkan bershalawat kepada Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam adalah tanda kekikiran, tanda buruknya perangai serta buruknya isi hati.
- Perintah untuk mengucapkan shalawat atas Nabi bagi siapapun yang mendengar nama Beliau disebutkan di sisinya.
- Siapapun yang enggan bershalawat kepada Baginda Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam maka ia telah dicegah untuk mendapatkan pahala yang agung dari Allah.
Dinukil dari kitab Tuhfah an-nadhirin, kitab Faidhul Imdad (kitab kumpulan khutbah Jum’at Al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz), Kitab Az-Zawajir ‘ani’ tiroofil Kabaair.
Ditulis oleh: Ustadz Ali Musthofa (staf pengajar Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id