al-Habib Anis bin Alwy al-Habsyi (Solo)
Nama dan nasab beliau
Beliau adalah Muhammad Anis bin Alwy bin Ali bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Syekh bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Ahmad Shahib Syi’ib bin Muhammad Ash-Shoghir bin Alwy bin Abu Bakar Al-Habsy bin Ali-Al-Faqih bin Ahmad bin Muhammad Assadullah bin Hasan At-Turabi bin Ali bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqadam bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath bin Ali Khali Qasam bin Alwy bin Muhammad bin Alwy Ba’Alawy bin Ubaidullah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husein As-Sibthi bin Amirul mukminin Ali Abi Thalib ibin Sayidatina Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam
Kelahiran Beliau
Habib Anis lahir di Garut Jawa Barat, Indonesia pada tanggal 5 Mei 1928. Ayah beliau adalah Habib Alwi. Sedangkan ibu beliau adalah syarifah Khadijah. Ketika beliau berumur 9 tahun, keluarga beliau pindah ke Solo. Setelah berpindah-pindah rumah di kota Solo, ayah beliau menetap di kampung Gurawan, Pasar Kliwon Solo.
Pendidikan
Sejak kecil beliau dididik oleh oleh sang ayah sekaligus menjadi guru beliau. Selain itu beliau juga bersekolah di Madrasah Ar-ribath Alawiyah yang terletak di samping sekolahan beliau.
Sekarang, nama madrasah itu beralih menjadi Sekolah Diponegoro. Selain sang ayah sosok yang juga menggembleng kepribadian Habib Anis adalah Habib Ahmad bin Abdullah al-Athas. Dengan pendidikan langsung dari sang ayah dan Habib Ahmad bin Abdullah al-Athas, ditambah dengan pendidikannya di Madrasah, beliau tumbuh sebagai pemuda yang alim dan berakhlak luhur.
Menikah dan Mengganti Peran Ayah Beliau
Di umur 22 tahun, beliau menikah dengan Syarifah Syifa, putri dari Habib Thoha Assegaf. Dari pernikahan tersebut, beliau dikaruniai putra yaitu Habib Ali, Habib Husein, Habib Ahmad, Habib Alwi, Habib Hasan, dan Habib Abdillah.
Pada tahun 1953, Habib Alwi (ayah Habib Anis) pergi ke Palembang untuk menghadiri pernikahan kerabatnya. Namun, tiba-tiba beliau menderita sakit. Seperti mengetahui kalau waktunya tidak lama lagi, Habib Alwi memanggil putra beliau, Habib Anis yang pada waktu itu masih berada di Solo.
Setelah bertemu, Habib Alwi menyerahkan jubahnya dan berwasiat agar supaya Habib Anis, selaku putra tertua meneruskan kepemimpinannya di masjid dan zawiyah Riyadh.
Setelah itu Habib Anis mulai menggantikan peran Habib Alwi, setelah beliau (Habib Alwi) meninggal. Mulai dari kegiatan pembacaan maulid setiap malam Jum’at, megadakan haul Habib Ali alhabsyi, mengadakan khataman Bukhari, dan rutinan setiap siang hari di Zawiyah Masjid Riyadh atau sering disebut Rouha.
Sikap Beliau dengan Masyarakat
Habib Anis adalah seorang ulama yang sangat perhatian terhadap orang-orang yang berada disekitarnya baik itu tentang masalah pendidikan, ekonomi, akhlak, akidah, dan hubungan masyarakat dengan para salaf. Beliau sangat memperhatikan dan sering menanyakan.
Bahkan, ketika beliau masih sehat dan kuat, sering beliau pergi kedesa-desa untuk memberi bantuan kepada masyarakat desa, seperti kambing dibeberapa tempat untuk dipelihara, dan hasilnya untuk mereka. Hal itu dilakuakan agar bisa berhubungan dengan masyarakat. Dan ketika masyarakat merasa diuntungkan, pada waktu itulah beliau menyisipkan dakwah dan mengisi mereka dengan berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan salaf.
Waktu muda, beliau bekerja sebagai pedagang batik dan telah memiliki kios yang ditunggui oleh adik beliau. Namun, karena jama’ah di Masjid Riyadh semakin banyak dan butuh konsentrasi penuh, kios itu beliau tutup dan memilih untuk lebih tekun dalam mengajar.
Benteng Ahlussunah Wal Jama’ah
Beliau adalah orang yang sangat kuat didalam mempertahankan ajaran salaf aqidah ahlu sunnah wal jama’ah. Sangat kuat, istiqamah, dan perhatian dalam mengamalkan thoriqoh yang diajarkan oleh ayah dan kakek beliau, hingga Rasulullah Saw.
Adat-istiadat yang dilakukan oleh ulama’ salaf sangat diperhatikan oleh beliau. Dan sangat sering sekali beliau menceritakan hal-hal seperti itu dimajelisnya yang penuh dengan cerita-cerita orang-orang salaf dan perikehidupannya. Sehingga orang-orang yang berada di majelisnya selalu mendapatkan pencerahan-pencerahan tentang kehidupan orang salaf.
Pribadi Yang Istiqomah
Beliau adalah orang yang sangat istiqomah. Amalnya sangat banyak dan dilakukan oleh beliau secara terus-menerus. Contohnya dengan beliau menjadi imam 5 waktu di Masjid Riyadh dan hadir memimpin rohah dengan membaca kitab-kitab salaf di Zawiyah Masjid Riyadh disetiap harinya. Jika hari Senin biasanya beliau akan mengajar kitab Tafsir, hari Selasa dengan kitab Fiqh, kalau Rabu adalah Sirrah Nabawiyyah dan kalau hari kamis adalah kitab Ihyaa’ Ulumuddin dalam fan Tasawwuf.
Ada empat hal yang selalu disampaikan oleh Habib Anis kepada jama’ah yang hadir di majlis beliau, “Pertama, Kalau engkau ingin mengetahui diriku, lihatlah rumahku dan masjidku. Masjid ini tempat aku beribadah mengabdi kepada Allah. Kedua, zawiyah, di situlah aku menggembleng akhlak jama’ah sesuai akhlak Nabi Muhammad SAW. Ketiga, kusediakan buku-buku lengkap di perpustakaan, tempat untuk menuntut ilmu. Dan keempat, aku bangun bangunan megah. Di situ ada pertokoan, karena setiap muslim hendaknya bekerja. Hendaklah ia berusaha untuk mengembangkan dakwah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam”
WAFAT
Dua minggu pasca-Lebaran tahun 2006, umat muslim di Soloraya tersentak mendengar kabar duka. Seorang tokoh ulama panutan yang juga keturunan dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa Sallam, Habib Anis Al-Habsyi dikabarkan telah menghadap ke Rahmatullah.
Beliau wafat pada hari Senin, tanggal 6 November 2006 atau 14 Syawal 1427 H pukul 12.55 WIB. Jenazah beliau dimakamkan di sebelah makam ayahnya, yang terletak di sisi selatan Masjid Riyadh. Beliau meninggal dunia karena penyakit jantung yang dideritanya.
Pasca wafatnya membuat para murid dan pecinta beliau yang tersebar di penjuru dunia, bergegas untuk ikut memberikan penghormatan terakhir kepada sang guru. Kota Solo di hari wafat Habib Anis diserbu puluhan ribu pentakziah.
Dengan diiringi tangisan dan air mata, mereka melepas kepergian cucu Muallif Simtuddurar tersebut. Ya, kepergian Habib Anis memang patut menjadi duka bagi semua, khususnya kaum Aswaja di wilayah Soloraya.
Hal ini sama dengan yang diungkapkan Habib Abdullah Al-Haddad ketika menyaksikan kepergian gurunya itu: “Kami kehilangan kebaikan para guru kami ketika mereka meninggal dunia. Segala kegembiraan kami telah lenyap, tempat yang biasa mereka duduki telah kosong. Aku akan tetap menangisi mereka selama aku hidup dan aku rindu kepada mereka. Aku akan selalu kasmaran untuk menatap wajah mereka. Aku akan megupayakan hidupku semampukun untuk selalu mengikuti jalan hidup para guruku, menempuh jalan leluhurku.”
Referensi:
https://bangkitmedia.com/mengenal-lebih-dekat-biografi-singkat-habib-anis-solo/
https://www.laduni.id/post/read/71166/biografi-habib-anis-al-habsyi#Pendidikan
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id