“ SELIMUTI AKU ! SELIMUTI AKU ! ”
Setelah Rasulullah menerima wahyu pertama : Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang ke rumah istrinya Sayyidah Khadijah bini Khuwailid radhiyallahu ‘anha dalam keadaan sangat gusar. Hingga beliau berkata kepada istrinya : “زَمِّلُوْنِيْ زَمِّلُوْنِيْ” (Selimuti aku ! selimuti aku !). Maka Sayyidah Khadijah menyelimutinya hingga Rasulullah kembali tenang. Lalu Rasulullah menceritakan apa yang terjadi kepada Sayyidah Khadijah dan mengatakan : “لَقَدْ خَشِيْتُ عَلَى نَفْسِيْ” (Sungguh aku takut terhadap jiwaku). Maka Sayyidah Khadijah berkata :
كَلَّا ، وَاللهِ ، مَا يُخْزِيْكَ اللهُ أَبَدًا ، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ ، وَتَحْمِلُ الكَلَّ ، وَتَكْسِبُ المَعْدُوْمَ ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ ، وَتُعِيْنُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ
Artinya : “Jangan khawatir. Demi Allah, Allah tidak akan pernah menyianyiakanmu selamanya. Karena sesungguhnya engkau adalah orang yang suka menyambung tali silaturahmi, mengayomi orang-orang lemah, menepati janji, menjamu tamu, dan menolong kebenaran”.
Setelah itu, Sayyidah Khadijah membawa Rasulullah menuju rumah Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, sepupu Sayyidah Khadijah. Beliau adalah orang yang tetap berpegang teguh pada ajaran Taurat di masa Jahiliyyah. Beliau juga suka menulis kitab berbahasa Ibrani, sehingga beliau berjasa dalam menuliskan seluruh isi kitab Injil yang berbahasa Ibrani. Pada saat itu, beliau sudah berumur sangat tua dan matanya tidak mampu lagi untuk melihat. Maka Sayyidah Khadijah berkata kepada Waraqah : “Wahai sepupuku, dengarkanlah keponakanmu ini”. Kemudian Waraqah berkata kepada Rasulullah : “Wahai keponakanku, apa yang engkau lihat ?”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan apa yang beliau lihat. Lalu Waraqah berkata : “Ini adalah an-Namus (malaikat) yang Allah Ta’ala turunkan kepada Nabi Musa. Duhai seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh kaummu”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya: “Apakah aku akan diusir mereka?”. Waraqah menjawab: “Iya. Karena tidak ada satu orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi). Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu dengan seluruh kemampuanku”. Waroqoh tidak mengalami peristiwa yang diyakininya tersebut karena beliau lebih dahulu meninggal dunia pada masa fatroh (kekosongan) wahyu.
Referensi :
(Yahya bin Abu Bakar al-‘Amiri, Bahjatul Mahafil wa Bughyatul Amatsil : hlm. 74)
Oleh Habib Ahmad bin Muhammad Assegaf ( Staf Pengajar Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta )
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id