Hadits ke-15
Cinta Dunia
الحمد لله الذي علم بالقلم علم الإنسان ما لم يعلم الحمد لله الذي خلق الإنسان علمه البيان والصلاة والسلام على الذي لا ينطق عن الهوى إن هو إلا وحي يوحى أما بعد.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “حب الدنيا رأس كل خطيئة”
Artinya :
“Cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan”.
Dalam kitab Mizanul ‘Amal disebutkan bahwa cinta dunia adalah pangkal segala kesalahan dan di sisi lain dunia adalah ladang akhirat. Di dalam dunia terdapat kebaikan yang bermanfaat dan di dalamnya pula terdapat racun yang mematikan. Dunia dipermisalkan seperti seekor ular berbisa yang dipegang oleh seorang pawang kemudian sang pawang mengeluarkan sebuah penawar racun dari ular tersebut. Sebaliknya ular beracun dipegang oleh orang yang lalai (bukan pawang) maka racun ular tersebut akan membinasakannya sedangkang orang lalai tadi tidak mengetahui. Dikatakan pula, “Harta yang bersumber dari hasil yang baik, di satu sisi mendatangkan manfaat dan di sisi lain mendatangkan bencana. Maka tidak ada jalan alternatif kecuali dengan merasa cukup sebatas manfaatnya saja dan menjaga diri dari kebinasaan yang bersumber dari harta.
عن سهل بن سعد قال: مر رسول الله صلى الله عليه وسلم بذي الحليفة، فرأى شاة شائلة برجلها، فقال: أترون هذه الشاة هينة على صاحبها، قالوا: نعم، قال: والذي نفسي بيده، -[12]- للدنيا أهون على الله عز وجل من هذه على صاحبها، ولوكانت الدنيا تعدل عند الله جناح بعوضة ما سقى كافراً منها شربة ماء.
Dari Sahal bin Sa’ad, beliau berkata, “Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam melewati daerah Dzulhalaifah, beliau melihat seekor kambing mati, kemudian beliau bersabda, “Bagaimana menurut kalian, tidakkah kambing ini begitu hina bagi sang pemilik?” Mereka menjawab, “Benar Ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku ada di genggaman-Nya, sungguh dunia lebih hina di hadapan Allah daripada bangkai kambing ini di hadapan tuannya. Seandainya dunia di hadapan Allah sepadan dengan sayap nyamuk, tentu orang kafir tidak akan Allah berikan minum walaupun hanya seteguk air.”
مَرَّ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ فِي مَوْكِبِهِ وَالطَّيْرُ تُظِلُّهُ وَالْإِنْسُ وَالْجِنُّ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ فَمَرَّ بِعَابِدٍ مِنْ عُبَّادِ بَنِي إِسْرَائِيلَ فَقَالَ: وَاللهِ يَا ابْنَ دَاوُدَ لَقَدْ آتَاكَ اللهُ مُلْكًا عَظِيمًا فَسَمِعَ سُلَيْمَانُ كَلَامَهُ فَقَالَ: لَتَسْبِيحَةٌ فِي صَحِيفَةٍ أَفْضَلُ مِمَّا أُوتِي ابْنُ دَاوُدَ إِنَّ مَا أُوتِي ابْنُ دَاوُدَ يَذْهَبُ وَالتَّسْبِيحَةُ تَبْقَى.
حَدِيث “أَلْهَاكُم التكاثر يَقُول ابْن آدم: مَالِي! مَالِي! وَهل لَك من مَالك إِلَّا مَا أكلت فأفنيت، أَو لبست فأبليت، أَو تَصَدَّقت فأبقيت؟ “
Dikisahkan Nabi Sulaiman bin Dawud ‘Alaihissalam pernah lewat dalam Arak-arakan nya disertai burung-burung menaungi nya, jin dan manusia berada disamping kanan kirinya, kemudian Beliau melewati seorang ahli ibadah dari Bani Israil, ia berkata, “Demi Allah, Wahai anak Nabi Dawud ‘Alaihissalam, Allah Ta’ala telah menganugerahkan kepadamu kerajaan yang agung.” Kemudian Beliau mengangkat kepala seraya berkata, “Sungguh satu bacaan tasbih yang terdapat di catatan amal seorang mukmin lebih utama dari apa yang dikaruniakan kepada Ibnu Dawud ‘Alaihissalam, Sesungguhnya apa yang dikaruniakan kepada Ibnu Dawud’Alaihissalam itu akan pergi dan bacaan tasbih akan tetap kekal abadi.”
حَدِيث “أَلْهَاكُم التكاثر يَقُول ابْن آدم: مَالِي! مَالِي! وَهل لَك من مَالك إِلَّا مَا أكلت فأفنيت، أَو لبست فأبليت، أَو تَصَدَّقت فأبقيت؟
Kemudian Rasulullah membaca ayat:
أَلْهَاكُم التكاثر
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Kemudian Bani Adam mengatakan, “Hartaku…! Hartaku…!” Tidaklah ada hakmu dari hartamu kecuali apa engkau makan kemudian habis, atau yang engkau pakai kemudian usang atau harta yang engkau sedekahkan kemudian harta itu engkau kekalkan.
Sulthonul Ulama’ Al-Habib Al-Allamah Salim bin Abdullah bin Umar as-Syathirii dalam Kalam nasehatnya, Beliau memaknai hadits yang dunia itu dicela, Beliau menjelaskan bahwa dunia yang dicela itu dilihat dari beberapa bagian:
- Dunia yang engkau hasilkan dari usaha yang tidak syar’i yaitu dari Pemberontakan, dari pencurian seperti saat ini sebagian orang mencuri kemudian mensedekahkan nya.
- Dunia yang engkau hasilkan secara syariat akan tetapi engkau menggunakan nya dalam kemaksiatan.
- Dunia yang engkau dapatkan secara syariat akan tetapi harta tersebut mendorong dirimu atau membantu dirimu berbuat teledor dalam menunaikan kewajiban atau menerjang perkara yang diharamkan.
Maka tiga kreteria jenis di atas termasuk dunia yang dicela.
Adapun dunia yang anda hasilkan dari jalan syariat dan dunia tersebut membantu anda untuk menunaikan ketaatan, maka dunia jenis ini termasuk bagian akhirat. Oleh sebab itu Rasulullah bersabda:
نعم المال الصالح للرجل الصالح
Sebaik-baik harta yang baik adalah harta yang dimiliki oleh Seorang lelaki yang Sholeh.
Beliau Al Habib Salim bin Abdullah bin Umar as-Syathirii juga menyebutkan tentang makna Zuhud di dunia adalah mengeluarkan kecintaan dunia dari hati, baik dunia itu datang atau pergi darinya, baginya semuanya sama. Al-Imam Al-Haddad berkata:
وَازْهَدْ بقلبك في الدار التي فتنت # طوائفا فرأوها غاية الطلب
Zuhudlah dengan hatimu di tempat yang telah Menggiurkan beberapa golongan manusia, mereka menganggap bahwa ia (dunia) adalah puncak tujuan mereka.
Dikisahkan bahwa Al-Imam Abubakar Adni Alaydrus saat keluar rumah menuju sholat Jum’at. Beliau berada di dalam Arak-arakan yang agung, dihamparkan permadani Romawi untuk lewat kuda Beliau. Kemudian seorang Yahudi berkata kepada beliau, “Engkau wahai orang muslim, bagaimana engkau katakan bahwa dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir, sedangkan aku saat ini hidup susah serta miskin sedangkan engkau hidup serba kecukupan?” Kemudian Beliau menjawab, “Kenikmatan yang aku rasakan saat ini dibandingkan dengan sesuatu yang Allah telah siapkan untukku di surga dari kenikmatan-kenikmatannya maka saat ini aku berada dalam penjara, dan kesengsaraan yang engkau alami saat ini jika dibandingkan dengan apa yang Allah persiapkan untukmu di Neraka dari adzab, maka saat ini engkau berada dalam surga.
Poin penting yang bisa diambil dari hadits ini:
- Bentuk Zuhud di dunia dan segala macam kenikmatan nya bisa terwujud dengan cara berpaling dari mencintai dunia dan berpaling dari tenggelam dalam kenikmatan dunia. Hanya saja cinta dunia yang dicela dalam agama yaitu Saat seseorang lebih mendahulukan keinginan hawa nafsu dan lalai dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
- Adapun cinta dunia bertujuan untuk menunaikan kebaikan Serta untuk menolong sesama makhluk maka hal demikian tidak dicela bahkan hal itu merupakan kebaikan dan bernilai ibadah serta ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Dinukil dari kitab Ihya’Ulumuddin karya imam Al-Ghazali, Kitab untaian nasehat al-Habib Salim bin Abdullah bin Umar as-Syathirii, kitab Tuhfah an-nadhirin.
Ditulis oleh: Ustadz Ali Musthofa (staf pengajar Pondok Pesantren Riyadhul Jannah Surakarta)
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id