Pertanyaan: Apakah puasa Ramadhan juga diwajibkan kepada umat sebelum kita?
Jawaban :
Menurut pendapat yang kuat, puasa Ramadhan adalah kekhususan atas umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam, dan umat sebelum kita tidak pernah mendapat syariat puasa Ramadhan.
Menurut sebagian Ulama’, termasuk Imam Hasan Al Basri, puasa Ramadhan juga pernah diwajibkan kepada umat sebelum kita, dan setiap umat pasti memiliki syariat puasa Ramadhan. Ini berdasarkan ayat :
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلَكُمْ
Sebagaimana puasa juga di wajibkan atas orang-orang sebelum kalian.
Imam Hasan Al Bashri mempertegas bahwa puasa Ramadhan pernah diwajibkan kepada kepada umat sebelum kita, hanya saja mereka tersesat atau disesatkan oleh tokoh agama mereka, sehingga mereka meninggalkan puasa Ramadhan.
Menurut beliau, orang-orang Yahudi, dahulu juga diwajibkan untuk melakukan puasa Ramadhan, tetapi mereka meninggalkannya dan menggantinya dengan puasa sehari di hari Asyura’ (Tanggal 10 Muharram), karena mereka mengira bahwa hari tersebut adalah hari dimenangkannya Nabi Musa ‘alaihi as-salamdan hari di tenggelamkannya Fir’aun.
Sedangkan orang-orang Nasrani, dahulu, mereka juga diwajibkan untuk melakukan puasa Ramadhan, hanya saja setelah mereka melakukannya bertahun-tahun, ternyata bulan Ramadhan bertepatan dengan musim yang sangat panas, sehingga puasa Ramadhan menyulitkan dan memberatkan mereka. Kemudian para tokoh agama mereka membuat kesepakatan untuk mengganti waktu pelaksanaan puasa Ramadhan di musim semi dengan jumlah puasa yang sama dan dengan menambah 10 hari sebagai tebusannya. Maka total puasa mereka saat itu menjadi 40 hari .
Beberapa tahun berikutnya, ada seorang raja dari mereka yang sakit yang kemudian dia ber-nadzar akan berpuasa 7 hari apabila diberi kesembuhan. Dan ternyata dia sembuh, kemudian dia berpuasa 7 hari dan memerintahkan rakyatnya agar ikut berpuasa juga, sehingga total puasa mereka saat itu 47 hari.
Selanjutnya, tokoh agama mereka menggenapkan puasa tersebut menjadi 50 hari dengan menambahkan 3 hari.
Alhasil, Menurut pendapat yang Mu’tamad, puasa juga diwajibkan kepada umat sebelum kita, tetapi itu bukan puasa Ramadhan. Arti puasa yang diwajibkan kepada umat sebelum kita di dalam ayat di atas bukanlah puasa Ramadhan, tetapi puasa lain, karena puasa Ramadhan adalah puasa yang khusus untuk umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa Sallam.
– Zean Areev/ Tafaqquh Riyadhul Jannah
حاشية إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ج ٢ ص ٢٤٣
الصَّوْمُ الْمَفْرُوضُ الَّذِي هُوَ صَوْمُ رَمَضَانَ مِنْ خصَائِصنَا، وَعَلَيْهِ فَيَحْمِلُ التَّشْبِيهُ فِي قَوْلِهِ تَعَالَى:( كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلَكُمْ) عَلَى مُطْلَقِ الصَّوْمِ ، دُونَ قَدْرِهِ وَزَمَنِهِ.
وَقِيلَ أَنَّهُ لَيْسَ مِنَ الخُصُوْصِيَّات ، بِحَمْلِ التَّشْبِيهِ عَلَى حَقِيقَتِهِ، لِأَنَّهُ قِيلَ: مَا مِنْ أُمَّةٍ إِلَّا وَقَدْ فُرِضَ عَلَيْهِمْ رَمَضَانُ، إِلَّا أَنَّهُمْ ضَلُّوا عَنْهُ.
قَالَ الْحَسَنُ: كَانَ صَوْمُ رَمَضَانِ وَاجِبًا عَلَى الْيَهُودِ، وَلَكِنَّهُمْ تَرَكُوهُ وَصَامُوا بَدَلَهُ يَوْمًا مِنَ السَّنَةِ، وَهُوَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ، زَعَمَوا أَنَّهُ يَوْمٌ أَغْرَقَ اللهُ تَعَالَى فِيهِ فِرْعَوْنَ، وَكَذَّبُوا فِي ذَلِكَ الصَّادِقَ
الْمَصْدُوْقَ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا- صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-. وَوَاجِبًا عَلَى النَّصَارَى أَيْضًا لَكِنَّهُمْ بَعْدَ أَنْ صَامُوهُ زَمَنًا طَوِيلًا صَادَفُوا فِيهِ الْحَرَّ الشَّدِيدَ، وَكَانَ يَشُقُّ عَلَيْهِمْ فِي أسْفَارِهِمْ وَمَعَايِشِهِمْ، فَاجْتَمَعَ رَأْيُ عُلمَائِهم ورُؤُسَائِهِم أَنْ يَجْعَلُوهُ فِي فَصْلِ الرَّبِيعِ لِعَدَمِ تَغَيُّرِهِ، وَزَادُوا فِيهِ عَشْرَةَ أَيَّامٍ كَفَّارَةً لِمَا صَنَعُوا، فَصَارَ أَرْبَعِينَ.
ثُمَّ إِنَّ مَلِكًا مَرِضَ فَجَعَلَ لِلَهَّ تَعَالَى- أإنْ هُوَ بَرِئَ- أَنْ يَصُومَ أُسْبُوعًا، فَبَرِئَ، فَزَادَهُ أُسْبُوعَا، ثُمَّ جَاءَ بَعْدَ ذَلِكَ مَلِكٌ، فَقَالَ: مَا هَذِهِ الثَّلَاثَةُ ؟ فَأَتَمَّ خَمْسِينَ- أي أَنَّهُ زَادَ الثَّلَاثَةَ بِاِجْتِهَادٍ مِنْهُ- وَهَذَا مَعْنَى قَوْلِهِ تَعَالَى:( اِتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرَبَابًا مِنْ دونِ اللهِ)
وَالْمُعْتَمَدُ الْأَوَّلُ، وَهُوَ أَنَّهُ لَمْ يَجِبْ خُصُوْصُ رَمَضَانَ إِلَّا عَلَى هَذِهِ الْأُمَّةِ، وَأَمَّا الْوَاجِبَ عَلَى الْأُمَمِ السَّابِقَةِ فَصَوْمِ آخِرِ..
Ingin bertanya permasalahan Agama? Kirimkan pertanyaan Anda kepada Tim Asatidz Tafaqquh Nyantri Yuk, klik http://tanya.nyantriyuk.id